PEKERJAAN PSIKOLOGI YANG MEMAKAI KOMPUTER


 Saya pertama akan menjelaskan apa itu psikologi?

Richard Mayer (1981) , Psikologi merupakan analisis mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.

  • Alasan saya memilih defenisi psikologi menurut Richard Mayer:

Karena, psikologi adalah ilmu yang mempelajari atau memahami perilaku manusia, yang tidak  hanya sekedar memahami perilaku manusia tetapi harus memiliki cara yang sistematis (melibatkan proses mental dan struktur daya ingat) untuk kita dapat mendalami dan memahami  betul perilaku manusia dengan bukti-bukti yang kuat dan akurat.

Saya kedua akan menjelaskan apa itu pekerjaan?

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.

Saya ketiga akan menjelaskan apa itu computer?

Menurut Blissmer (1985), komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas, yaitu menerima input, memproses input sesuai dengan instruksi yang diberikan, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahannya, serta menyediakan output dalam bentuk informasi.

Sedangkan menurut Sanders (1985), komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output berdasarkan instruksi-instruksi yang telah tersimpan di dalam memori. Dan masih banyak lagi ahli yang mencoba mendefinisikan secara berbeda tentang komputer. Namun, pada intinya dapat disimpulkan bahwa computer adalah suatu peralatan elektronik yang dapat menerima input, mengolah input, memberikan informasi, menggunakan suatu program yang tersimpan di memori komputer, dapat menyimpan program dan hasil pengolahan, serta bekerja secara otomatis.

Pekerjaan psikologi yang memakai komputer ?

  • Assiten HRD

Tugas assisten HRD adalah membantu kegiatan manager HRD seperti mencari sumber daya manusia. Baik proses perekrutan karyawan, penyeleksian karyawan, hingga penentuan karyawan yang dipilih. Penggunaan komputer yaitu untuk mengolah data hasil tes penyeleksian psikotes, hasil wawancara, maupun data-data seluruh calon karyawan yang mengikuti proses penyeleksian dengan mengolah data-data tersebut di SPSS.

Selain membantu kegiatan pencarian sumber daya manusia, assisten HRD juga berperan dalam membantu kegiatan manager HRD dalam hal manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penggunaan komputer yaitu untuk menyimpan berkas-berkas yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Published in: on Juni 11, 2012 at 12:45 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

ANALISA DAN PERBANDINGAN WEBSITE LOWONGAN PEKERJAAN

Lowongan kerja atau pekerjaan bagi sebagian orang mungkin hanya sebatas peluang untuk kerja dikantor dengan menjadi pegawai baik negeri sipil (PNS) atau karyawan swasta. Lowongan kerja seperti ini biasanya dimuat dikoran ,bisa juga dimajalah atau tv dan radio. Setelah mengetahui adanya lowongan kerja dan lowongan tersebut cocok dengan yang dicari ,atau mungkin “siapaataucocoknanti” maka orang akan membuat surat lamaran kerja, mengirimkan surat lamaran kerja tersebut keperusahaan kemudian nunggu dipanggil untuk wawancara.

WEBSITE  JOBLOKER.

Website joblokersangatbagusuntuk orang yang sedangmaumencaripekerjaandanmendirikanperusahaanuntukmencaripegawai, carapendaftarannyasangatmudah, jenis – jenispekerjaannyaselaluupdate(terbaru), web nyasangatinformatif,

  • Mendaftar menjadi anggota di websiteJobLokerdenganmengkliktulisan (DaftarSebagaiPencariKerja).
  • Dan juga bisa mendaftar sebagai perusahaan yang mencari pegawai dengan klik daftar, lalu pilih(daftarsebagaiperusahaan).
  • Website jobloker yang sudah saya daftar menjadi anggota tampilannya seperti di atas.

WEBSITE JOBINDO.NET

  • cara mendaftar kerja atau mencari kerja dengan mengklik (pencari kerja : daftar kirim lamaran)
  • cara mendaftar menjadi anggota sangat mudah seperti contoh di atas.
  • kalau sudah mendaftar akan muncul seperti gambar diats ini, akan terlihat lowongan – lowongan pekerjaan yang ada di www.joindo.net .

PERBANDINGAN ANTARA WWW.JOBLOCKER.COM DENGAN WWW.JOBINDO.NET MANA YANG INFORMATIF.

  • Kalau di joblocker sangat mudah mendaftar sangat mudah denagn memasukan nama, alamat email, dan password saja, tidak di pungut biaya lagi.
  • Dan kalau di jobindo.net sama mudah nya juga tinggal anda masukan nama, alamat email, dan password saja anda sudah menjadi anggota nya.
  • Pada joblocker anda tidak bisa bikin cv secara langsung, jadi  harus buat cv baru di upload ke dalam website joblocker, tapi di dalam website joblocker terdapat formulir pendaftaran kerja dan bisa langsung dikirim dengan via online.
  • Dan kalau pada website jobindo terdapat pembuatan cv langsung dan bisa langsung di kirim ke perusahaan yang anda minati.
  • Tampilan pada website joblocker  sangat menarik tidak membosankan, dan information nya sangat lengkap, selalu update pada lowongan kerja baru tiap tahunnya.
  • Dan di website jobindo tampilan nya terlalu pudar, tapi infonya lumayan lengkap dan ter-update juga dalam lowongan pekerjaan nya.

 

Published in: on Maret 22, 2012 at 8:59 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

PSIKOLOGI INTERNET YANG BAIK & MEMILIKI DAMPAK PSIKOLOGIS YANG BAIK UNTUK ANAK DAN REMAJA.

Ada beberapa hal yang menarik, beberapa orang mengatakan berbahaya bagi anak, alasannya karena bahaya dari situs porno, menjadikan anak malas, anak menjadi lebih sering di depan komputer dari pada mengembangkan kecerdasan interpersonalnya dan membuat anak jarang berinteraksi dengan masyarakat. Kemudian ada alasan lagi tentang kesehatan, terutama kesehatan mata karena terlalu sering duduk di depan komputer.

Pada INTERNET tak selamanya berdampak buruk bagi anak. Dengan batasan-batasan tertentu, internet akan membuat anak memiliki wawasan yang lebih luas.

Anak – anak boleh bermain internet, tetapi harus atas izin dari orangtua. “Tidak salah kok membiarkan anak bermain internet. Internet itu untuk membuka cakrawala dunia,” tandasnya. Selain itu, sebelum anak-anak asyik berjam-jam main internet, orangtua pun harus menerapkan “do and donts to do”, di mana peraturan itu dibuat oleh orangtua. “Jadi sebelum orangtua mengizinkan, harus ada peraturannya terlebih dahulu,” ujar Feby, sapaan akrab Fabiola.

Tidak ada batasan umur bagi anak-anak yang boleh mengakses internet. Karena jika dilihat berdasarkan fungsinya, anak-anak juga butuh internet. Fungsinya tersebut pun bermacam-macam, seperti untuk mengerjakan tugas, iseng membuka situs untuk menambah pengetahuan, atau sekadar membuka permainan komputer.

Anak-anak sekarang jam sekolahnya padat, dan pulang dibekali dengan tugas yang menumpuk. Di sini internet bisa memperingan kerja anak, sehingga orangtua pun memperbolehkan membuka internet untuk memudahkan mereka mengerjakan tugas,”

Untuk anak-anak yang ingin mengakses internet, sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan orangtua. Baik itu mengerjakan tugas sekolah maupun hanya bermain game di rumah. “Siapa pun itu orangnya, entah orangtua, kakak atau pengasuh di rumah, jika anak sedang berinternet, harus ada yang mendampingi,”

Saat anak berinternet pun, orangtua diperkenankan untuk menunjukkan rasa ketertarikannya pada apa yang dilakukan anak. Misal bertanya, apa yang tadi anak buka, apa saja yang mereka lihat. “Dari sini anak menjadi terbuka dan tidak menyembunyikan apa saja yang mereka dapat di internet,” jelas psikolog satu anak ini.

Hal yang terpenting bagi orang tua, ketika orangtua mengizinkan anak bermain internet, jangan lupa untuk mengunci situs- situs tertentu yang berhubungan dengan situs orang dewasa, mendampingi mereka, dan mengingatkan anak untuk boleh membuka situs yang diperlukan saja.

Published in: on November 30, 2011 at 9:47 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

PERBEDAAN FACEBOOK DAN TWITTER

FACEBOOK

  •  Dilihat dari layanan Facebook hadir dengan berbagai macam fitur yang bisa dibilang komplit. Semua ada di Facebook: mulai dari sekadar update status, berbagi link, berbagi gambar, berbagi video, berkirim pesan, blogging (note), chatting. Tidak hanya fitur itu yang di sajikan oleh Facebook , Facebook juga menyediakan fitur undangan (invitation), cause, quiz, grup, dan sebagainya. Facebook seolah-olah menawarkan konsep ’one-stop-visit’ kalau orang sering belanja maka di kenal dengan ’one-stop-shopping’.
  •    Sementara di Facebook, semua teman kita punya sebutan yang sama: ’friend’.
  • Pada facebook kita bisa mencari kawan lama dari tk sampe sekarang yang sudah lama tidak ketemu dengan mencari di search di facebook kita.
  • Di facebook bisa mengkategorikan seperti keluarga dan teman – teman
  • Facebook hampir menyediakan seluruh kebutuhan pengguna untuk tetap bisa bersosialisasi, walaupun hanya lewat sebuah situs internet.

 

TWITTER

  • Pada Twitter justru menawarkan kesederhanaan. Bisa dibilang, Twitter tidaklah lebih dari sekadar update status tetapi sekarang mulai ditambahi beberapa fitur pendukung. Bahkan, status yang kita tulis pun dibatasi hanya sampai 140 karakter saja maka dari ituTwitter dikategorikan dalam microblogging. Namun konon, loading status pada Twitter lebih kilat alias lebih cepat dan dijamin langsung tayang dibandingkan Facebook. Dan ternyata, justru karena kesederhanaannya ini, Twitter seringkali lebih digemari daripada Facebook
  • Pada layanan Twitter yang membedakan dengan facebook adalah fitur ’following’ dan follower’. Following artinya teman-teman yang kita ikuti, sedangkan follower artinya teman-teman yang mengikuti kita.
  • Ke-mini-an Twitter ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengguna. Di Indonesia, pengguna Twitter sering merujuk pada kata “Kultwit” atau kuliah twitter, atau postingan yang berangkai. Karena keterbatasan jumlah karakter pada setiap posting ini, maka penulis biasanya membagi cerita mereka dalam bagian-bagian kecil, yang setiap bagiannya terdiri dari 140 karakter.
  • Tidak dibutuhkan “acceptance” seperti di Facebook (kecuali untuk account yang di lock/private).
  • Yang menjadi daya tarik tersendiri di twitter adalah bahwa banyak terdapat akun twitter dari media cetak dan elektronik dari dalam dan luar negeri. Jadi, ketika kita sedang aktif di twitter dan kemudian ada berita terbaru yang muncul (breaking news), jika kita follow media tersebut, maka kita dapat langsung membacanya. Media-media ini juga biasanya menyediakan link yang dapat langsung kita akses. Dengan Twitter, kita akan selalu up-to-date dengan kondisi yang terjadi dimanapun juga.

 

Published in: on November 30, 2011 at 9:23 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Perbandingan antara Departemant Pendidikan & Departemant Perhubungan

ini hanya buat tugas kuliah saja, kalau ada pihak yang kurang suka tolong di maafkan dan bukan maksud saya menghina atau melecehkan website ini 🙂

http://www.dephub.go.id/

  • Warna membantu kita dalam mengenali suatu objek dan dapat merebut perhatian, menarik, menolak, menggemaskan, bahkan mempengaruhi emosi. Warna juga dapat menimbulkan kesan pertama kepada pengunjung ketika menjelajah sebuah situs web karena warna adalah hal pertama yang dilihat (terutama untuk background).
  • Dari segi layout atau tampilan sangat bagus karena lengkap dengan data – data tentang perhubungan di Indonesia.
  • Warga Indonesia bisa menuliskan keluhan , inspirasi atau pendapat yang disampaikan pada Mentri Perhubungan.
  • Terdapat atau dicantumkan alamat lengkap tempat Mentri Perhubungan.
  •  Terdapat berita terbaru yang dikabarkan lewat website ini tentang perhubungan di Indonesia.

 

http://www.kemdiknas.go.id

  • Warna dalam website ini sangat menarik perhatian karena diberi warna biru pada tulisan dan warna keseluruhan atau warna dasar diberi warna putih.
  • Memiliki halaman utama yang berupa berita terbaru pada dunia pendidikan di Indonesia.
  • Terdapat buku sekolah elektronik pada website ini untuk mempermudah belajar siswa dan siswi di Indonesia.
  • Tulisan dan huruf – huruf pada website ini sangat jelas dan mudah terbaca,dan sangat teratur dan rapih

 

Published in: on November 28, 2011 at 8:15 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

STRESS

STRESS

Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.

Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.

Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

Kaitan stress dengan faktor lingkungan ????

Faktor lingkungan memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi.Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaanny.

Dalam kaitannnya dengan stress lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja, tetapi bagi orang lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat kinerja.

Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan terhadap stres psikologis, Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan duan pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamika ketika orang berusaha mempeoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam.

Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oelh lingkungan binaan. Misalnya, perkantoran, status, anggapan tentang kontrol, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.

Stres yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah naik, sebagai reaksi stiimulus yang tidak diinginkan. Dengan kondisi tersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi situasi stres akan memasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak digunakan untuk mengatasi situasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang tidak menyenangkan tersebut muncul berkali-kali, sehingga reaksi terhadap stres menjadi berkurang dan melemah. Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai adaptasi.

Apakah stres bisa mempengaruhi individu dalam lingkungan, bagaimana hal itu bisa terjadi???

Stres bisa mempengaruhi perilaku individu dalam lingkungan. Stokols (dalam Brigham, 1991) menyatakan bahwa apabila kepadatan tidak dapat diatasi, maka akan menyebabkan stress pada individu. Stress yang dialami individu dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menghadapi stress. Individu yang mengalami stress umumnya tidak mampu melakukan interaksi sosial dengan baik, sehingga dapat menurunkan perilaku untuk membantu orang lain (intensi prososial).
Penelitian-penelitian tentang hubungan kepadatan dan perilaku prososial di daerah perkotaan dan pedesaan telah banyak dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Milgram (1970) ditemukan bahwa orang yang tinggal di kota sedikit dalam memberikan bantuan dan informasi bagi orang yang tidak dikenal dari pada orang yang tinggal di daerah pedesaan. Begitu pula dalam mengizinkan untuk menggunakan telepon bagi orang lain yang memerlukan (Fisher, 1984).

Lingkungan sangat mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir manusia. Dalam kehidupannya, manusia selalu berinteraksi dan tergantung dengan lingkungan. Keadaan lingkungan yang kondusif akan membuat manusia nyaman dan selalu dalam keadaan homeostasis. Namun, lingkungan terkadang memberikan efek negatif pada manusia yang dapat menyebabkan stress. Stress tidak dapat dihindarkan. Namun demikian, dengan memahami stressor dan stress itu sendiri, kita dapat meminimalkan stress yang tidak diperlukan, dan membuat diri kita lebih sehat, baik secara fisik, maupun mental. Untuk itulah kita perlu belajar untuk hidup bersama dengan stress. Beberapa upaya yang dapat dilakukan manusia untuk meminimalisasikan munculnya stress antara lain dengan beristirahat cukup, berolahraga teratur, rekreasi, menjaga menu dan pola makan. Namun, apabila telah terjadi stress, maka dapat ditanggulangi dengan cara coping yaitu dengan coping masalah dan coping emosi.

Stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional. Di dalam proses hubungan ini termasuk juga proses penyesuaian. (Bart Smet, 1994 : 111).

Dalam konteks stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, stres tidak dipandang sebagai stimulus maupun sebagai respon saja, tetapi juga suatu proses di mana individu juga merupakan pengantara (agent) yang aktif, yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi perilaku kognitif dan emosional.

Konsepsi di atas dapat diperjelas berdasarkan kenyataan yang ada. Misalnya saja stressor yang sama ditanggapi berbeda-beda oleh beberapa individu. Individu yang satu mungkin mengalami stres berat, yang lainnya mengalami stres ringan, dan yang lain lagi mungkin tidak mengalami stres. Bisa juga terjadi individu memberikan reaksi yang berbeda pada stressor yang sama.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari???

seorang individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya.Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.

Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis.Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres.Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.

Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stres-kinerja.Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan U-terbalik.Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi.Pola U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres.

Referensi

  • Schuler, E. (Inggris)Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage, 2002, hal. 189.
  • Evans, G. W. (Inggris)“Stress and Open-Office Noise,” Journal of Applied Psychology, Oktober 2000, hal. 779-783
Published in: on Mei 16, 2011 at 1:04 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Ruang Personal (Personal Space), Privasi (Privacy), Teritorialitas (Territoriality).

PRIVASI

Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain (Hartono, dalam Prabowo 1998).

Holahan pernah membuat alat untuk mengukur kadar dan mengetahui jenis-jenis privacy (privacy preference scale) dan ia mendapatkan bahwa ada 6 jenis dalam privacy yang terbagi dalam dua golongan.

  1. Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara fisik. Golongan ini terwujud dalam tingkah laku menarik diri (withdrawal) yang terdiri atas 3 jenis:
  2. Keinginan untuk menyendiri (solitude).
  3. Keinginan untuk menjauh dari pandangan dan gangguan suara tetangga atau kebisingan lalu lintas (seclusion).
  4. Keinginan untuk intim (intimacy) dengan orang-orang (misalnya dengan keluarga) atau orang tertentu saja (misalnya dengan pacar), tetapi jauh dari semua orang lainnya.
    1. Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang dianggap perlu (control of information). Tiga jenis privacy yang termasuk dalam golongan ini adalah:
    2. Keinginan untuk merahasiakan jati diri (anonimity);
    3. Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve); dan
    4. Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not neighboring).

Khusus golongan kedua dari jenis-jenis privacy ini menunjukkan adanya kecenderungan untuk merahasiakan sesuatu tentang diri sendiri. Namun antara privacy dan kerahasiaan (secrecy) ada perbedaan yang hakiki. Menurut Warren dan Laslett (1977), perbedaan antara kedua konsep itu adalah privacy merupakan kosensus masyarakat dan merupakan hak individu yang diakui oleh masyarakat, sedangkan secrecy lebih mempunyai konotasi negatif, tidak disukai masyarakat dan tidak ada kaitannya dengan hak individu.

Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkannya. Ada saat-saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada saat-saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi tinggi). Untuk mencapai hal itu, ia akan mengontrol dan mengatur melalui sesuatu mekanisme perilaku, yang digambarkan oleh Altman sebagai berikut:

a. perilaku verbal

periaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal, ssejauh mana orang lain boleh verhubungan dengannya. Misalnya “Maaf, saya tidak punya waktu”.

b. perilaku non verbal

perilaku ini dilakukan dengan menunjukkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda senang atau tidak ssenang. Misalnya seseorang akan menjauh dan membentuk jarak dengan orang lain, membuang muka ataupun terus menerus melihat jam yang menandakan bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya dengan mendekati dan menghadapkan muka, tertawa, menganggukkan kepala memberikan indikasi bahwa dirinya siap untuk berkomunikasi dengan orang lain.

c. mekanisme kultural

budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu.

d. ruang personal

ruang personal adalah salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kecenderungan berafiliasi tinggi, ekstrofert atau mempunyai sifat hangat dalam berhubungan interpersonal mempunyai ruang personal yang lebih kecl daripada individu yang introvert (Gifford, dalam Prabowo 1998).

e. teritorialitas

pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antara dirinya dengan orang lain maka pada teritorialitas batas-batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Privasi:

1. faktor personal: anak-anak yang tumbuh dalam suasana yang sesak aakan memilih keadaan yang anonim dan reserve saat ia dewasa. Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunnya di kota akan memilih keadaan anonim dan intimacy.

2. faktor situasional: kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk menyendiri.

3. faktor budaya: pada tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi.

Pengaruh Privasi Terhadap Perilaku

Fungsi psikologis dari privasi dapat dibagi menjadi, pertama privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial; kedua, privasi membantu kita memantapkan perasaan identitas pribadi.

Hubungan Privasi dengan Lingkungan

Lingkungan sekitar kita menentukan apakah privasi dapat terjadi atau tidak. Lingkungan yang padat dan tidak adanya pengertian dari individu sekitar membuat privasi tidak maksimal. Individu jadi kekurangan privasi dan pemantapan perasaan identitas pribadi tidak terbantu. Oleh karena itu dibutuhkan lingkungan yang mendukung agar dapat terjadi privasi.

RUANG PERSONAL

Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antropologi, dan arsitektur (Yusuf, dalam Prabowo 1998).

Jarak intim adalah jarak yang dekat atau akrab dengan jarak 0-18 inci. Penglihatan, panas tubuh orang lain, suara, bau, dan tarikan napas, semuanya menyatu dengan jelas tentang keterlibatan orang lain. Pada jarak 0-6 inci (fase dekat pada jarak intim), kontak fisik merupakan suatu hal yang teramat penting. Pada jarak ini kemungkinan untuk menerima dan menyampaikan isyarat-isyarat komunikasi adalah sangat luar biasa. Ini adalah jarak yang biasanya diiperuntukkan kepada “intimate lovers”-pasangan kekasih yang sudah sangat intim- dan suami istri, tidak disetujui umum.

Personal distance (jarak pribadi), yang memiliki jarak antara 1,5-4 kaki. Jarak ini adalah karakteristik kerenggangan yang biasa dipakai individu satu sama lain. Gangguan di luar jarak ini menjadi tidak menyenanghkan. Jarak pribadi ini masih mengenal pembagian fase menjadi dua: fase dekat (1,5-2,5 kaki) dan fase jauh (2,5-4 kaki). Pada fase ini masih memungkinkan banyak sekali pertukaran bau, sentuhan, pandangan, dan isyarat-isyarat lainnya, meski tidak sebanyak intimate distance. Zona ini adalah transisi antara kontak intim dengan tingkah laku umum yang agak formal.

Social distance yang mempunyai jarak 4-25 kaki dan merupakan jarak-jarak normal yang memungkinkan terjadinya kontak sosial yang umum serta hubungan bisnis. Yang terakhir adalah zona publik, pada jarak 12-25 kaki atau jarak dimana isyarat-isyarat komunikasi lebih sedikit dibandingkan dengan daerah-daerah terdahulu. Jarak ini disediakan untuk situasi-situasi formal atau pembicaraan umum misalnya di kelas.

Definisi itu ternyata sangat mirip dengan yang diajukan oleh Holahan. Jadi, personal space itu seolah-olah merupakan sebuah balon atau tabung yang menyelubungi diri kita dan tabung itu membesar dan mengecil bergantung dengan siapa kita sedang berhadapan. Menurut Hall (1963), ada 4 macam jarak personal space, yaitu:

  1. Jarak intim (0 – 18 inci / 0 – 0,5 m), yaitu jarak untuk berhubungan seks, untuk saling merangkul antar kekasih, sahabat, atau anggota keluarga, atau untuk melakukan olahraga kontak fisik seperti gulat dan tinju.
  2. Jarak personal (18 inci – 4 kaki / 0,5 – 1,3 m), yaitu jarak untuk percakapan antara dua sahabat atau antar orang yang sudah saling akrab.
  3. Jarak sosial (4 – 12 kaki / 1,3 – 4 m), yaitu untuk berhubungan yang bersifat formal seperti bisnis, dan sebagainya.
  4. Jarak publik (12 – 25 kaki / 4 – 8,3 m), yaitu untuk hubungan yang lebih formal lagi seperti penceramah atau aktor dengan hadirinnya.

Selanjutnya Hall mengatakan bahwa fungsi personal space ini sebagai alat komunikasi bisa diteliti secara khusus. Ilmu untuk meneliti personal space ini dinamakan proxemics (proxy = jarak), yaitu ilmu tentang space sebagai media hubungan antar manusia. Salah satu metode yang dipakai dalam proxemics adalah prosedur stop-jarak, yaitu orang percobaan (o.p) diminta untuk duduk atau berdiri di suatu tempat tertentu dan orang lain diminta untuk mendekatinya secara bertahap (makin lama makin mendekat). Jika o.p sudah merasa terganggu atau kurang senang maka ia harus menyuruh orang lain itu berhenti dan pemimpin percobaan (p.p) akan mencatat jarak antara o.p dan orang lain itu pada saat dia dihentikan. Jarak inilah yang menunjukkan personal space dari o.p terhadap orang yang bersangkutan. Sekali lagi, ternyata jarak itu bervariasi bergantung siapa yang mendekati o.p dan dalam keadaan apa o.p didekati serta siapakah o.p itu sendiri.

Heshka dan Nelson (1972) melaporkan bahwa salah satu penentu perbedaan jarak dalam personal space yang bergantung pada diri individu itu sendiri adalah jenis kelamin dari individu yang bersangkutan. Wanita maupun pria sama-sama membuat jarak dengan lawan bicara yang berlainan jenis kelaminnya. Sebaliknya dalam hal lawan bicaranya sesama jenis, wanita akan mengurangi jarak personal spacenya jika lawan bicaranya itu akrab. Semakin akrab semakin kecil jarak personal spacenya. Akan tetapi, pada laki-laki keakraban antar sesama jenis tidak berpengaruh pada personal space. Dengan kata lain, pada laki-laki jarak itu akan sama saja, terlepas daripada kadar keakraban hubungan antar orang yang bersangkutan.

Faktor umur juga berpengaruh pada personal space seseorang. Pada umumnya, makin bertambah umur seseorang, makin besar jarak personal space yang akan dikenakannya pada orang-orang tertentu. Pada remaja misalnya, personal space terhadap lawan jenis akan lebih besar daripada anak-anak. Sebaliknya, anak-anak akan membuat jarak yang lebih besar dengan orang yang tidak dikenal daripada remaja atau orang dewasa.

Pada usia berapakah personal space ini mulai timbul pada diri seseorang ? Mengenai hal ini ada perbedaan pendapat. Duke dan Wilson (1973) serta Ebert dan Lepper (1975) menyatakan berdasarkan penelitian-penelitian mereka, bahwa personal space itu mulai timbul pada usia 45-63 bulan. Akan tetapi, penelitian-penelitian lain menunjukkan usia yang lebih tinggi. Altman (1975) menyatakan bahwa personal space itu baru tumbuh pada usia remaja.

Selanjutnya dibuktikan juga bahwa tipe kepribadian itu sendiri berpengaruh pada personal space seseorang. Duke dan Nowicki menyatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian eksternal (merasa bahwa segala sesuatu lebih ditentukan oleh faktor-faktor di luar dirinya sendiri) memerlukan jarak personal space yang lebih besar dibandingkan orang bertipe internal (merasa bahwa segala sesuatu lebih banyak ditentukan oleh dirinya sendiri).

Dalam penelitian lain, Cook (1970) juga mengemukakan bahwa orang bertipe ekstrovert (lebih terbuka terhadap orang lain) memerlukan jarak personal space yang lebih kecil daripada tipe introvert (lebih berorientasi pada diri sendiri).

Selanjutnya Holahan melaporkan bahwa latar belakang suku bangsa dan kebudayaan seseorang juga mempengaruhi personal spacenya. Misalnya, orang Jerman lebih formal dalam berkomunikasi dengan orang lain dan karenanya mereka lebih menjaga jarak. Jika personal space mereka terganggu, sikap mereka menjadi ofensif. Di pihak lain, orang Inggris juga menjaga personal space dalam jarak yang jauh, tetapi lebih disebabkan oleh keinginan mereka untuk tidak mengganggu personal space orang lain. Mereka berbicara berbisik-bisik dengan temannya jika ada orang ketiga yang ingin mereka jaga personal spacenya. Akan tetapi, perbuatan ini oleh orang Amerika justru dianggap tidak menyenangkan karena bisa disangka sedang membicarakan suatu rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang ketiga tersebut.

Orang Arab lain lagi, dalam berkomunikasi mereka harus sangat berdekatan. Dengan sesama jenis, kaum lelakinya saling merangkul dan mencium, bahkan mencium bau badan lawan bicaranya merupakan bagian yang diharuskan dalam komunikasi.

Akhirnya, variasi dalam personal space ini ternyata dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan dimana orang-orang yang sedang berinteraksi itu berada. Dalam ruang yang sempit diperlukan jarak lebih lebar daripada ruang yang luas. Penyekat ruangan bisa mengurangi perasaan invasi terhadap personal space. Dalam keadaan gelap orang cenderung untuk saling menyentuh.

Hubungan Ruang Personal dengan Lingkungan

Ruang personal sangat bergantung dengan lingkungan. Dengan jarak-jarak yang sudah disebutkan di atas, apabila ada yang melebihi atau tidak sesuai dengan ketentuan jarak itu akan menjadi sangat mengganggu. Terutama di lingkungan padat seperti angkutan umum dimana orang-orang berdesakan sehingga jarak ruang personal terganggu.

 

TERITORIALITAS

Holahan mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangn orang lain. Dengan demikian penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan suatu teritorial primer.

Perbedaan ruang personal dengan teritorialitas adalah; ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikas tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.

Akan tetapi, jika personal space merupakan kapsul maya yang berpindah-pindah mengikuti gerakan individu yang bersangkutan, teritorialitas merupakan tempat yang nyata, relatif tetap, dan tidak berpindah mengikuti gerakan individu yang bersangkutan. Teritori berarti wilayah atau daerah dan teritorialitas adalah wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang. Kamar tidur di rumah adalah teritori penghuninya. Jika ada orang yang tidak diundang masuk ke kamar tidur itu walaupun si penghuni sedang tidak di rumah maka penghuni itu akan tersinggung rasa teritorialitasnya dan ia akan marah. Demikian pula jika di lapangan parkir sebuah kantor sudah terpampang papan bertuliskan “Direktur” di salah satu tempat parkir maka orang lain diharapkan untuk tidak memarkir kendaraannya di tempat itu karena tempat itu sudah merupakan teritori Bapak Direktur. Contoh lain adalah bangku-bangku di ruang kuliah atau gedung bioskop. Kalau orang yang menempati bangku itu ingin pergi sebentar dan ia tidak ingin ada orang lain menempati bangkunya sementara ia pergi maka ia akan meninggalkan sesuatu (misalnya buku catatan, tas, map, tiket) di atas bangku itu. Orang lain yang melihat benda yang ditinggalkan itu diharapkan tahu bahwa bangku itu sudah menjadi teritori orang lain sehingga tidak boleh diduduki.

Dari uraian diatas dapatlah didefinisikan teritorialitas sebagai berikut, “Teritorialitas  adalah suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas sebuah tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.

Fisher (1984) menyatakan bahwa kepemilikan atau hak dalam teritorialitas ditentukan oleh persepsi dari orang atau orang-orang yang bersangkutan sendiri. Persepsi itu bisa aktual (memang nyatanya ia benar memiliki), tetapi juga bisa hanya merupakan kehendak untuk menguasai atau mengontrol suatu tempat. Tingkah laku teritorialitas terhadap kamar tidur, ruang kantor, atau batas wilayah negara misalnya, adalah tergolong aktual. Namun, teritorialitas terhadap bangku kuliah atau suatu tempat dibawah pohon rindang di Kebun Raya lebih merupakan kehendak untuk menguasai saja. Masalahnya, aktualisasi persepsi ini bisa sangat subjektif. Misalnya, jika seorang penghuni liar di perkampungan kumuh di sebuah kota besar diharuskan meninggalkan gubuknya, ia tidak akan mau karena ia merasa gubuknya itu sudah menjadi teritorinya karena ia sudah menghuni tempat itu bartahun-tahun tanpa ada yang mengusiknya. Padahal menurut ketentuan Dinas Tata Kota, kepemilikan harus dibuktikan dengan dokumen-dokumen tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Disinilah akan timbul konflik teritori antar pihak yang berselisih. Jika yang berselisih itu adalah dua bangsa yang memperebutkan teritori untuk wilayah suatu negara maka bisa terjadi perang, misalnya perang antar Arab-Israel atau Perang Teluk antara Irak dan pasukan sekutu yang membantu Kuwait (tahun 1991).

Elemen-elemen Teritorialitas

– Lang:

1. kepemilikan atau hak dari suatu tempat;

2. personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu;

3. hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar; dan

4. pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika.

– Proteus:

1. personal space

2. home base: ruang-ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal atau lingkungan rumah tinggal.

3. home range: seting-seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan seseorang.

– Husein El-Sharkawy:

1. attached territory

2. central territory: kelas, ruang kerja, kurang memiliki personalisasi.

3. supporting territory: ruang semi privat dan semi publik seperti teras, ruang duduk asrama, warung. Semi privat cenderung untuk dimiliki, sedangkan semi publik tidak dimiliki oleh pemakai.

4. peripheral territory: ruang publik.

– Altman:

1. teritorial primer: dimilliki serta digunakan khusus bagi pemiliknya. Seperti ruang kerja dan wilayah negara.

2. teritori sekunder: dapat digunakan orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Seperti toilet dan zona servis.

3. teritorial umum: digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana teritorial umum tersebut berada. Seperti bioskop dan ruang kuliah.

Privasi suatu lingkungan ddapat dicapai melalui pengontrolan teritorial, karena di dalamnya tercakup pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Teritorial juga bukan hanya alat untuk menciptakan privasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial.

Perilaku teritorialitas manusia dalam hubungannya dengan lingkungan binaan dapat dikenal antara lain pada penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai demarkasi teritori yang dimiliki seseorang, misalnya pagar halaman. Teritorialitas ini terbagi sesuai dengan sifatnya yaitu mulai dari yang privat sampai dengan publik. Ketidakjelasan pemilikan teritorial akan menimbulkan gangguan terhadap perilaku.

Hubungan Teritorialitas dengan Lingkungan

Teritorialitas yang merupakan tempat yang nyata dan jelas jarak-jaraknya juga sangat tergantung pada lingkungan. Dikarenakan batas dan jarak teritorial merupakan bagian dari lingkungan itu sendiri.

CROWDING (KESESAKAN) DAN DENSITY (KEPADATAN)

Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak terbatas. Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial di banyak negara (misalnya : Indonesia, India, Cina, dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalahan sosial yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destruktif. Berdasarkan fenomena yang muncul dari dari realitas kini dan perkiraan berkembangnya dan timbulnya masalah di masa yang akan datang, maka dalam perspektif psikologi lingkungan kiranya dipandang tepat untuk menjadikan kesesakan dan kepadatan menjadi argumen bagi suatu pengkajian secara lebih dini dan lebih mendalam dalam usaha mengantisipasi persoalan-persoalan sosial yang pasti akan timbul pada masa kini dan masa yang akan datang. Masalah kependudukan atau lebih tepatnya lagi masalah kepadatan penduduk yang melanda hampir hampir semua negara di dunia dewasa ini, sebenarnya adalah akibat menurunnya tingkat kematian dengan tanpa disertai menurunnya tingkat kesuburan. Umumnya di negara-negara berkembang (maju) sudah mampu menurunkan tingkat kesuburannya, sedangkan di negara yang sedang berkembang belum mampu menurunkan tingkat kematian dan tingkat kesuburannya. Sekarang ini, kira-kira ¾ penduduk dunia hidup di negara-negara yang sedang berkembang. Dibandingkan dengan mereka yang hidup di negara berkembang (maju) tingkat kelahirannya berbeda jauh. Di negara yang sedang berkembang angka kelahirannya mencapai 37.5 per 1000 penduduk. Seorang wanita di negara sedang berkembang mempunyai 5-6 orang, sementara di negara maju rata-rata jumlah anaknya hanya 2 orang. Angka kelahiran yang tertinggi terjadi di beberapa negara Asia dan Afrika, dimana untuk setiap pasangan suami-istri mempunyai rata-rata jumlah anak 6-8 orang. Di negara-negara ini angka kelahirannya tersebut tercatat cukup tinggi, yaitu mencapai 45 per 1000 penduduk. Ada alasan-alasan tertentu mengapa tingkat pertambahan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang itu tetap tinggi. Beberapa pendapat yang diperkuat oleh hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pertambahan penduduk yang tinggi tersebut antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Sejak berabad-abad lamanya kesuburan yang tinggi itu merupakan jawaban terhadap kematian yang tinggi untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga bangsa dan agama. 2. Di negara-negara yang sedang berkembang, anak adalah kekayaan orang tua yang paling dibanggakan karena merupakan jaminan sosial, ekonomi, dan emosi di hari tua. Oleh karena itu, kesuburan sangat dihormati untuk menjamin cukup anak, terutama anak laki-laki. Di negara-negara agraris, anak laki-laki sangat diperlukan untuk membantu mengerjakan sawah lading atau melaksanakan upacara keagamaan tertentu pada waktu orang tuanya meninggal. Anak juga dianggap merupakan jaminan bagi para ibu, apabila kelak mereka diceraikan atau dimadu. 3. Di negara-negara yang sedang berkembang, perkawinan pada usia remaja sering dilakukan, terutama bagi wanita di daerah pedesaan. Banyaknya perkawinan muda usia tersebut antara lain disebabkan orang tua merasa malu kalau anak gadisnya belum ada yang melamar, takut menjadi perawan tua. Oleh karena itu, banyak orang tua yang aktif mencarikan jodoh (calon suami) bagi anak gadisnya, meskipun anak gadisnya belum cukup umur untuk menikah, bahkan belum menginjak usia remaja. 4. Para orang tua dan mertua selalu mengharapkan perkawinan anaknya segera dikaruniai anak. Bagi mereka ini penting, sebab anak dari perkawinan tersebut merupakan bukti kesuburan anak gadisnya atau kejantanan anak laki-lakinya. Kebudayaan untuk menunda anak pertama pada usia yang lebih tua belum ada, sehingga pasangan itu akan dihadapkan kepada masa subur yang sangat panjang. 5. Menurut Masri Singarimbun (1977), para orang tua di Sunda dan Jawa, baik di desa maupun di kota mempunyai konsep yang sama tentang besarnya keluarga ideal. Keluarga yang ideal tersebut terdiri dari suami, istri, dan 4 orang anak, dengan 2 laki-laki dan 2 perempuan. Kalau ditakdirkan hanya mempunyai anak laki-laki saja atau perempuan saja, maka jumlah anak tersebut tidak lebih dari 4 – 5 anak (Sumapradja, 1981). Strategi konservasi dunia dicanangkan 6 Maret 1980. Juga di Indonesia strategi tersebut memberikan cetak biru bagi aksi konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkesinambungan serta menunjuk pentingnya aksi terpadu dalam memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup, sumber daya alam, dan kependudukan. Hubungan antara masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup memang sangat kompleks dan sangat majemuk sifatnya, karena di dalamnya tercakup banyak sekali faktor-faktor, misalnya saja dampak teknologinya, pola konsumsinya, dan faktor-faktor sosial, ekonomi, serta politiknya. Adanya Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Kabinet sekarang ini sudah memberikan gambaran adanya hubungan timbal balik yang erat sekali antara penduduk dan lingkungan hidup ini. Kepadatan penduduk yang tinggi akan memberikan tekanan pada daya dukung alam lingkungannya. Manakala tekanan tersebut melampaui batas kemampuan daya dukung alam lingkungan tersebut, mejadi rusak lingkungan Sebaliknya, suatu lingkungan hidup yang terpelihara kelestariannya akan sangat menunjang bagi kelangsungan hidup suatu masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, sementara lahan untuk pertanian dan pemukiman sangat terbatas, memungkinkan timbulnya “lapar tanah”. Lapar tanah untuk pertanian sangat terasa di Jawa yang jumlah penduduknya hanya 60% dari seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan sawah-sawah kelas satu di pinggiran kota dan di sepanjang jalan ekonomi menciut akibat perluasan daerah pemukiman serta kegiatan industri. Kaki-kaki gunung di Jawa sekarang sudah tidak luput dari jamahan tangantangan manusia. Kelaparan akan tanah ini jelas terlihat dengan merayapnya kegiatan pengolahan tanah serta pembangunan menuju puncak-puncak bukit dan gunung. Kesinambungan kehidupan alami sudah tidak diperhitungkan lagi. Tegakan pepohonan yang tadinya berfungsi untuk menahan curah hujan dan mengatur aliran air, sekarang sudah digantikan dengan tanaman ketela pohon atau jagung. Akibatnya, di musim hujan terjadi genangan air, tetapi di musim kemarau orang sulit mencari air. Ahli-ahlipun mengatakan daya dukung lingkungan sudah terlampaui oleh kepadatan penduduk. Akibatnya, keseimbangan kehidupan antara manusia dan lingkungannya terganggu. Gangguan tersebut akan mengarah kepada keadaan yang lebih parah dan merugikan, apabila tidak ada usaha untuk memperbaikinya. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal itu, anatar lain program penghijauan dan reboisasi, sementara untuk mengurangi tekanan penduduk agar tidak melampaui daya dukung alam serta lingkungan dilakukan transmigrasi. Namun, semua usaha ini masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari gambaran tadi, jelas nampak ada hubungan erat antara unsur manusia dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan hidup (Tanah Air, 1983). KEPADATAN (DENSITY) A. Pengertian – Menurut Sundstorm: Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan. – Menurut Sarwono: Suatau keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruanagan. B. Kategori Kepadatan 1. Menurut Altman (Dalam studi tahun 1920-an): Variasi indicator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social: • Jumlah individu dalam sebuah kota • Jumlah Individu pada daerah sensus • Jumlah individu pada unit tempat tinggal • Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal • Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar 2. Menurut Jain (1987) : Tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh unsur-unsur: • Jumlah individu pada setiap ruang • jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal • Jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur human • Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman Teori Kepadatan Menurut Halohan 1. Kepadatan Spasial (Spatial Density) Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap. 2. Kepadatan Sosial (Social Density) Terjadi bila jumlah individu ditambaha tanpa diiringi penambahan luas ruang.  Teori Kepadatan Menurut Altman 1. Kepadatan Dalam (Inside Density) Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal. 2. Kepadatan Luar (Outside Density) Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu. C. Akibat Kepadatan Yang Tinggi 1. Menurut Taylor: – Lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu disuatu tempat tinggal. – Rumah danLingkungan Pemukiman yaitu yang nyaman member kepuasaan psikis. 2. Menurut Schorr : Kualitas Pemukiman • Mempengaruhi persepsi diri, stress, kesehatan fisik. • Mempengaruhi perilaku dan sikap individu 3. Heimstra dan Mc. Farling, akibat kepadatan: • Fisik • Akibat Sosial • Akibat Psikis Kepadatan merupakan masalah bagi setiap negara di dunia terutama negara-negara berkembang umumnya, dan Indonesia khususnya. Pertambahan penduduk secara besar-besaran mengakibatkan berbagai masalah. Seperti kurangnya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan peningkatan kejahatan. Selain itu kepadatan menurut sebuah survey turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan agresifitas. Kepadatan memiliki arti hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan yang digunakan adalah satuan/luas daerah. Sedangkan ada yang berpendapat bahwa kepadatan adalah jumlah rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah administrative atau politis tertentu, biasanya dinyatakan dalam jiwa/Km2. Adapun rumus untuk menghitung kepadatan penduduk suatu wilayah: Kepadatan penduduk = jumlah penduduk (jiwa) / Luas wilayah (km2) Kategori-Kategori Kepadatan Adapun kepadatan memiliki kategori-kategori. Manurut Altman (1975), variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social. Dan variasinya adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Individu dalam sebuah kota: Semakin tinggi angka kelahiran dibanding kematian, serta angka penduduk yang masuk dari pada penduduk yang keluar, dapat disimpulkan bahwa kota tersebut padat. 2. Jumlah individu dalam jumlah sensus 3. Jumlah individu pada unit tempat tinggal: artinya semakin banyak anggota keluarga dalam satu rumah di suatu daerah. Semakin padat pula daerah tersebut 4. Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal 5. Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar dan lain – lain. Sedangkan Hollahan membagi kategori kepadatan menjadi dua: 1. Kepadatan spasial: Yaitu saat suatu bangunan mengalamii penyempitan walaupun jumlah penduduknya atau penghuninya tetap. Sehingga kepadatan meningkat sejalan dengan menurunnya besar ruangan 2. Kepadatan social: Yaitu diamana suatu keadaan yang tidak ada penyempitan ruangan, namun penduduk atau penghuninya bertambah dan tidak diikuti dengan pembesaran ruangan Akibat-Akibat Kepadatan Tinggi Kepadatan juga memberikan kontribusi besar terhadap psikis seseorang yang menempati suatu daerah yang padat. Banyaknya penelitian yang menyebutkan bahwa seseorang memiliki tingkat stress dan kekecwaan tinggi pada ruangan yang ditempati lebih dari kapasitas ruangan tersebut dari pada ruang yang ditempati sesuai dengan kapasitas ruangan tersebut. Akibatnya dampak fisik yang diterima inividu adalah peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit lainnya. (Heimstra dan McFarling, 1978). Kepadatan dan Perbedaan Budaya Namun berhubungan dengan kepadatan adalah suatu persepsi, maka makna dari kepadatan tersebut juga bervariasi. Pengertian kepadatan juga tergantung dimana individu tersebut tinggal. Ternyata di negara dengan jumlah penduduk tinggi seperti di China. Kepadatan bisa mereka terima dengan baik tanpa adanya hal-hal negative seperti yang telah dibahas sebelumnya. Ajaran mereka tentang merawat 5 generasi dalam satu rumah dapat mereka atasi dengan baik tanpa mengalami kesesakan. Jadi perasaan individu tentang kepadatan memiliki penerimaan berbeda ditiap orangnya. Tergantung dari beberapa factor, termasuk kebudayaan didalamnya. KESESAKAN Kesesakan adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, bersifat psikis terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik. Teori Beban Stimulus. Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yangditerimaindividu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Schmidt dan Keating (1 979) mengatakan bahwa stimulus di sini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupur. kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti (a) kondisi lingkuilgatl fisik yang tidak menyenmgkan (b) jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat (c) suatu percakapan yang tidak dikehendaki (d) terlalu banyak mitra interaksi (e) interaksi yang terjadi dirasa terlah dalam atau terlalu lama Teori Ekologi. Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial. Wicker(l976) mengemukakan teorinya tentang n~anni~lTge.o ri ini berdiri ataspandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor seting dimana ha1 itu terjadi, misalnya pertunjukan kethoprak atau pesta ulang tahun. Teori Kendala Perilaku. Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesaic bila kepadatan atau kcndisi lain yarlg berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological reactance) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai faktor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia. Ia mengatakan bahwa bila kebebasan itu terhambat, maka individu akan mengadakan suatu reaksi dengan berusaha menemukan kebebasan yang hilang tadi, yang digunakan untuk mencapai tujuannya. 1. Menurut Altman : Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada tingkatan interaksi manusia dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. 2. Menurut Baum dan Paulus: Kepadatan dapat dirasa sebagi kesesakan atau tidak, ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan : a. Karakteristik setting fisik b. Karakteristik setting social c. Karakteristik personal d. Kemampuan beradaptasi 3. Menurut Morris: Kesesakan sebagai devisit suatu ruang. 4. Menurut Ancok: Kesesakan timbul dari besar kecilnya ukuran rumah yaitu menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia. 5. Menurut Stokols: a. Kesesakan bukan social (nonsosial crowding) Faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding. b. Kesesakan Social (social crowding) Perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak. c. Kesesakan Molar ( Molar crowding) Perasaan sesak yaitu dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk. d. Kesesakan Molekuler (Moleculer crowding) Perasaan sesak yaitu menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal. 6. Menurut Rapoport: Kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia. Dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak. A. Teori-Teori kesesakan 1. Teori Beban Stimulus Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses stimulus atau info dari lingkungan. Menurut Keating, Stimulus adalah Hadirnya banyak orangdan aspek-aspek interaksinya, kondisi lingkungan fisik yang menyebabkan kepadatan social. Informasi yang berlebihan dapat terjadi karena: a. Kondisi lingkungan fisik ytang tidak menyenangkan b. Jarak antar individu ( dalam arti fisik) yang terlalu dekat. c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki. d. Terlalu banyak mitra interaksi. e. Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama. 2. Teori Ekologi Membahas kesesakan dari sudut proses social. a) Menurut Micklin: Sifat-sifat umum model pada ekologi manusia : 1. Teori ekologi perilaku: Fokus pada hubungan timbale balik antara orang dengan lingkungan. 2. Unit analisisnya : Kelompok social, bukan individu dan organisasi social memegang peranan penting. 3. Menekankan pada distribusi dan pengunaan sumber-sumber material dan social. b) Menurut Wicker, Teori Manning: Kesesakan tidak dapat dipisahkan dari factor setting dimana hal itu terjadi. 3. Teori Kendala Prilaku Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu.Kesesakan akan terjadi bila system regulasi privasi seseorang tidak berjalan secara efektif lebih banyak kontak social yang tidak diinginkan. Kesesakan timbul karena ada usaha-usaha yang terlalu banyak, yang butuh energy fisik maupun psikis, guna mengatur tingkat interaksi yang diinginkan. B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan 1. Faktor personal a. Kontrol Pribadi dan Locus Of Control Selligman,dkk: kepadatan meningkat bisa menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Kontrol Pribadi dapat mengurangi kesesakan. Locus Of Control internal: Kecenderungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaan yang ada didalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya. b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi Menurut Sundstrom: Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi Menurut Yusuf: Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak. c. Jenis Kelamin dan usia – Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak – Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda. 2. Faktor Sosial a. Kehadiran dan perilaku oranglain b. Formasi Koalisi c. Kualitas hubungan d. Informasi yang tersedia 3. Faktor Fisik – Goves dan Hughes: Kesesakan didalam rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasana sekitar. – Altman dan Bell, dkk: Suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan. C. Pengaruh Kesesakan Terhadap Perilaku Lingkungan sesak => aktifitas seseorang terganggu => interaksi interpersonal yang tidak diinginkan => mengganggu individu mencapai tujuan => gangguan norma meningkat ketidaknyamanan => penarikan diri dan menurunnya kualitas hidup. Pengaruh Negatif Kesesakan: • Penurunan-Penurunan Psikologis: perasaan kurang nyaman, stress, cemas, suasana hati yang kurang baik, prestasi menurun, agresifitas meningkat, dan lain-lain. • Malfungsi Fisiologis: Meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, penyakit-penyakit fisik. • Hubungan Sosial Individu: Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong, menarik diri, berkurangnya intensitas hubungan social, dll. Asumsi Konsekuensi Negatif dari Kesesakan: 1. Model Beban Stimulus 2. Model Kendala Perilaku 3. Model Ekologi Perilaku negative akibat sesak dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan yang tersedia sedikit. 4. Model Atribusi Akibat negative kepadatan dan kesesakan hanya terjadi pada tempat dan situasi tertentu. 5. Model Aurosal Kepadatan dan kesesakan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis tekanann darah meningkat.

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Kepadatan.   http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf

Published in: on Maret 22, 2011 at 9:11 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Review Jurnal Kelompok

ANGGOTA KELOMPOK

AYUB MARTIEN, NPM : 10508032
DIANNISA SHAVIRA, NPM : 10508061
KANIA INDANINGRUM, NPM : 10508116
RIDHO ANDIKA, NPM : 10508197
RENNY, NPM :
KELAS 3 PA 06

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karuniaNya kepada kami,karena atas limpahan kasih dan sayangnya makalah Psikologi Kelompok ini dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat penilaian tugas Psikologi Kelompok. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Inge Andriani, yang telah memberikan tugas ini sehingga mendapatkan banyak pengetahuan melalui tugas ini dan kami dapat menjalin kerjasama yang baik dalam menyelesaikan makalah ini.

Terima kasih juga kepada semua anggota kelompok untuk waktu, pikiran dan kerjasamanya.

Kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang disebabkan oleh kemampuan kami yang terbatas dan masih dalam tahap belajar . Oleh karena itu,kami mohon maaf atas kekurangan tersebut. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak.

Akhir kata kebaikanlah yang kami harapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
A. Definisi Kelompok…………………………………………………………1

BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………….1

A. Jurnal 1…………………………………………………………………………1

B. Jurnal 2…………………………………………………………………………4

BAB4 PENUTUP………………………………………………………………………….6
A.Kesimpulan……………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..7

PENDAHULUAN

A. Definisi Kelompok
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :
a. Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda
yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A
number of persons or things gathered, or naturally associated).
b. Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda
yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c. (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah
individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan
status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur
tingkah laku anggota kelompoknya.
d. slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar
kesatuan persepsi”.
e. Menurut Zaltman (1972: 75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatan-kekuatan
yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku
kelompok.

ISI PEMBAHASAN

A. JURNAL 1
Persija adalah sebuah klub sepak bola yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan Macan Kemayoran. Keberadaan Persija dalam kancah Liga Indonesia dan bermain dalam Divisi Utama Liga Indonesia memberikan warna tersendiri, bukan hanya oleh permainannya yang menawan tetapi juga pada suporter pendukung yang menamai dirinya The Jakmania.

The Jakmania adalah kelompok suporter pendukung tim sepak bola Persija yang terbentuk karena suatu alasan, yaitu samasama mendukung tim sepak bola Persija dan berupaya untuk mengorganisir para suporter Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga Indonesia IV,
tepatnya 19 Desember 1997. Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal dimata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu dan memimpin The Jakmania pada periode 1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu masa kepemimpinan Gugun Gondrong digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpin selama 3 periode. Pada masa kepemimpinan Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator Wilayah.

Selain kegiatan mendukung Persija dalam pertandingan, anggota The Jakmania juga memiliki kegiatan kumpul bersama yang dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, dimana dalam kegiatan tersebut baik pengurus ataupun anggota membahas perkembangan The Jakmania serta melaporkan laporan dari setiap bidang kepengurusan, tidak lupa kegiatan ini juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut.

Dalam kelompok The Jakmania terdapat kelompok-kelompok seperti Jak On Air yaitu kelompok yang bekerja sama dengan Radio Utan Kayu yang setiap seminggu sekali mendatangkan pemain-pemain Persija, Jak Angel yaitu kelompok perempuan yang mendukung tim Persija, Jak Online yaitu kelompok yang mempunyai kegiatan untuk memberikan fasilitas informasi tentang Persija melalui jalur internet, Jak Scooter yaitu kelompok pengguna kendaraan vespa yang mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah kelompok suporter yang mendukung persija saat bertanding di kandang lawan.

Kelompok-kelompok yang ada dalam The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang tertulis di atas, banyak kelompok-kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok tersebut. Kelompok-kelompok kecil ini memiliki aktifitas seperti berangkat bersama-sama dari suatu tempat menuju stadion tempat lokasi pertandingan Persija dan pulang bersama-sama menuju tempat asal. Kelompok The Jak Kukusan merupakan salah satu kelompok kecil yang
tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok diatas.

Hal-hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masyarakat memandang  kegiatan suporter sepak bola dapat memicu timbulnya agresifitas yang merugikan banyak pihak tanpa melihat adanya kohesifitas yang dapat membangun serta bersifat positif.

Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas pada The Jakmania. Kekompakan yang ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk mengkaji kelompok suporter ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti mengambil langkah ini karena melihat adanya sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994) menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan\(individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tampak adanya kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari: setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif. Berdasarkan penelitian kohesivitas dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan, berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama saat menonton pertandingan Persija secara langsung, patungan), proses pengambilan keputusan (berdiskusi untuk menentukan keputusan yang terbaik, setiap anggota mempunyai solusi), identitas kelompok (menggunakan atribut Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan yel-yel bersama), kohesivitas kelompok dilapangan (kelompok bergabung dengan The Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersama-sama, merayakan gol bersama, merayakan kemenangan bersama).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.Menurut McDougall (dalam Sarwono, 2005) kohesivitas dalam kelompok dapat dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada kelompok.

Selain dapat melihat kohesivitas dalam kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman nongkrong (jarak rumah yang berdekatan menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah anggota (dengan anggota yang berjumlah 10 orang menyebabkan setiap individu dapat mengenal lebih dalam dengan anggota kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota dalam kelompok memiliki keinginan yang sama yaitu ingin tim yang didukungnya menang).
Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti main bola bareng (setiap anggota kelompok memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti nonton Liga Champion bersama anggota kelompok dan aktifitas tersebut dapat meningkatkan kekompakan, karena setiap anggota dapat saling bertemu).

Ketiga kebersamaan kelompok seperti proses menumbuhkan keterikatan (pada saat berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat meningkatkan keterikatan antara anggota kelompok), saling membantu dan menolong (setiap anggota The Jak saling membantu jika ada yang kesusahan dan setiap anggota The Jak harus saling menolong, perilaku tersebut dapat meningkatkan kekompakkan dan kebersamaan setiap anggota).

Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang menyebabkan adanya keterkaitan antara dua hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania yang saling berkesinambungan.

 

B. JURNAL 2

Dalam konteks Aceh, masyarakat sivil (civil society) merupakan antara pelaku yang
mempunyai peluang dan harus dilibatkan untuk membangunkan perdamaian berterusan ini.
Selain memang berada dalam situasi konflik, masyarakat sivil lebih menyokong kaedah
penyelesaian tanpa kekerasan, dan yang menjaga asas kebebasan individu dan hak asasi
manusia. Alexis Tocqueville mengertikan masyarakat sivil sebagai pertubuhan-pertubuhan
yang mempunyai matlamat yang berbeda-beda, eksklusif dan terpisah-pisah dan memiliki
asas yang dikongsi bersama untuk bertindak secara bersama, iaitu kebebasan individu dan
hak asasi manusia.

Penglibatan masyarakat sivil juga penting untuk mengingatkan bahawa apapun penyelesaian
yang dijalankan untuk Aceh haruslah melalui proses dan menuju pembangunan struktur
demokrasi. Hal ini adalah antara perkara untuk memastikan penyelesaian yang dibina mampu
menjamin perdamaian berterusan. Dalam hal ini masyarakat sivil memang pelaku yang
sangat sesuai kerana masyarakat sivil dijalankan atas prinsip-prinsip saling menghargai
dan terbuka, dan menganut nilai-nilai sejagat. Kebiasaan yang dijalankan masyarakat sivil
dalam mengambil keputusan atau mencapai matlamat politik yang dilakukan secara bersama
merupakan perkara-perkara yang sangat penting dalam melahirkan nilai-nilai demokrasi.

Uraian-uraian ini membuat penyelidikan akan kesan dan peranan masyarakat sivil ini dalam
membangun perdamaian dan transformasi konflik di Aceh merupakan suatu perkara yang
menarik dan mustahak untuk dilakukan. Penyelidikan juga penting dilakukan untuk melihat
peranan masyarakat sivil dalam membangun perdamaian setelah perubahan konteks konflik
selepas bencana tsunami di Aceh.

Berdasarkan kepada penyataan masalah yang telah dikemukakan di atas, penyelidik tertarik
untuk menganalisis secara komprehensif usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat sivil
Aceh, terutamnya sebelum tsunami, dalam membangunkan perdamaian dan keberkesanannya
dalam transformasi konflik di Aceh.

Untuk mencapai objektif kajian, penyelidik menggunakan pendekatan penyelidikan
berbentuk kajian kes dengan konflik Aceh sebagai kes kajian. Kaedah yang digunakan di
dalam penyelidikan ini pula di bahagikan kepada dua iaitu kajian perpustakaan dan kajian
lapangan. Umumnya penyelidikan ini adalah bersifat teoritikal dan empirikal. Untuk itu
kedua-dua data primer dan sekunder digunakan dalam tesis ini.

Data yang akan dikumpulkan di dalam kajian ini adalah berbentuk kualitatif. Diantara
maklumat yang akan dikumpulkan adalah keadaan konflik Aceh, termasuk sejarah, punca,
perkembangan, pelaku, isu, kesan yang ditimbulkan dan kaedah pengurusan konflik yang
dijalankan. Maklumat lainnya adalah mengenai struktur masyarakat sivil Aceh, termasuk pelaku-pelaku utama, jaringan yang dipunyai dan perkembangan-perkembangan yang telah berlaku. Di samping itu maklumat yang akan dikumpulkan adalah berkenaan dengan usaha dan aktiviti masyarakat sivil Aceh dalam membangun perdamaian, bagaimana itu dijalankan
dan apa cabaran yang mereka hadapi serta apa pengaruh cabaran dan aktiviti itu terhadap struktur dan kapasitas mereka.

Kalau kita kaji secara mendalam memang didapati bahawa konflik Aceh susah untuk
diselesaikan, sehingga memerlukan ketelitian dalam merumuskan kaedah penyelesaian yang
berkesan. Secara ringkas penyelidik ingin menghuraikan beberapa perkara yang membuat
konflik Aceh susah untuk diselesaikan sebelum datangnya musibah tsunami,yaitu:
Pertama: punca konflik kerana kegagalan struktur negara dalam memuaskan struktur dan
tradisi hidup sebuah komuniti, hal ini seperti yang dihuraikan dalam pendahuluan di atas.

Kedua: terjejasnya hubungan yang sangat lama dan terus menerus yang telah mewujudkan
ketidakpercayaan dan stereotype antara satu pihak dengan pihak lain. Perasaan ini
terutamanya ada pada pihak rakyat Aceh kerana banyaknya janji dan harapan yang
disampaikan pemimpin-pemimpin Indonesia yang tidak ditepati.

Ketiga: isu-isu utama yang berkembang dalam konflik adalah isu nilai (identiti, martabat,
nasionalisme) yang tidak boleh dibahagikan. Selain itu banyaknya isu yang berkembang
juga membuat konflik ini menjadi susah diselesaikan. Banyaknya isu ini selain konflik yang
berlangsung lama juga merupakan kesan daripada kesalahan dalam menjalankan kaedah
penamatan konflik. Contoh yang paling ketara ialah penggunaan kaedah ketenteraan baik
pada masa DI/TII atau GAM yang mewujudkan isu pencabulan hak asasi manusia. Demikian
juga kaedah memperbesar pembahagian hasil kekayaan kepada Aceh yang tidak disokong
sistem pentadbiran yang bersih (clean governance) sehingga mewujudkan isu rasuah, dan
sebagainya.

Keempat: struktur kekuasaan antara pihak yang berkonflik tidak seimbang (asymmetric).
Pihak yang berkonflik secara fizikal ialah kerajaan Indonesia yang memiliki struktur negara
yang lengkap dan GAM yang merupakan kumpulan gerila yang hanya memiliki beberapa
ribu ahli saja.

Kelima: keterlibatan banyak pelaku dalam konflik dengan pelbagai ragam matlamat. Bukan
hanya antara pihak-pihak utama yang berkonflik, namun perbedaan matlamat juga berlaku di
dalaman pihak-pihak utama tersebut. Ini ditambah lagi dengan sikap para pelaku yang kukuh
dengan matlamatnya masing-masing. Keadaan ini membuat usaha-usaha ke arah perdamaian
yang digagas satu atau beberapa pelaku boleh gagal kerana ada usaha sabotase oleh pihak lain

KESIMPULAN

A. JURNAL 1

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal ini dilihat dari:
Aktifitas kelompok dalam komunitas(main bola bareng, satu lingkungan, bakti sosial
dan nonton bola bareng), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama, patungan,
pulang dan pergi bersama), proses pengambilan keputusan kelompok (berdiskusi,
solusi, pengambilan keputusan), identitas kelompok (warna, tulisan, logo-logo, warna,
logo, atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan
keterikatan, aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat
berkumpul, mencari kendaraan, menaiki kendaraan, menyanyikan yel-yel, membeli
air dan rokok, tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas
pertandingan), kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk dukungan, aktifitas ketika
pertandingan, mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain, bernyanyi bersama,
merayakan gol, merayakan kemenangan).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The
Jakmania adalah sebagai berikut: Latar belakang kelompok (jumlah anggota, teman
nongkrong, tujuan yang sama), aktifitas dan kegiatan kelompok (main bola bareng,
satu lingkungan, main bola, bakti sosial, nonton bola), kebersamaan kelompok (proses
menumbuhkan keterikatan, saling membantu, saling menolong).

B. JURNAL 2

Penyelidikan ini menjelaskan bahwa aktivitas-aktivitas yang dijalankan masyarakat sivil
seperti advokasi, kempen, penyedaran akan nilai-nilai perdamaian, perlindungan terhadap
mangsa konflik dan aktivitas kemanusiaan lainnya telah mengubah penyelesaian dalam
konflik di Aceh sehingga lebih mudah diselesaikan. Berlakunya perubahan tersebut bukan
hanya disebabkan peranan masyarakat sivil, tetapi juga peranan pihak-pihak lain, seperti
masyarakat antarabangsa dan partai yang berkonflik sendiri. Peranan masyarakat sivil yang
lebih besar berdasarkan penyelidikan ini adalah mengubah struktur konflik yang sebelumnya
tidak seimbang (asymmetric) menjadi lebih seimbang. Konflik yang sebelumnya tersembunyi
(latent) menjadi terbuka (manifest) sehingga lebih mudah diselesaikan. Peranan masyarakat
sivil juga besar dalam perubahan isu konflik yang sebelumnya hanya berkenaan dengan
pemisahan, kekerasan dan ketenteraan menjadi bercampur dengan isu-isu perdamaian,
pendemokrasian dan kemanusiaan. Perubahan-perubahan ini menjadi penyelesaian konflik
dan pembangunan perdamaian secara lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, B. 2010. Kohesifitas Suporter Tim Sepak Bola PERSIJA. http://www.gunadarma.ac.id/
library/articles/graduate/…/Artikel_10504030.pdf.
23 Oktober 2010.

Lukman.2007.Peranan Masyarakat Sivil Dalam Transformasi Konflik Di Aceh.http://eprints.usm.my/9332/1/
PERANAN_MASYARAKAT_SIVIL_DALAM_TRANSFORMASI_KONFLIK.p
df. 22 Oktober 2010.

Published in: on November 3, 2010 at 10:39 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

FUTSAL GPIB JATIPON

Didirikan pada tanggal 25 Agustus 2010, di Gereja Jatipon oleh Ego Waworuntab yang bertujuan untuk membangun keakraban sesama Pemuda Jemaat Jatipon. Di Ketuai oleh saudara Ego Waworuntab selaku pendiri. Latihan futsal ini diadakan pada hari sabtu pukul 19.00-22.00 di Perumahan Bougenvile, Bekasi Barat.
Perkembangan futsal ini sampai sekarang cukup bagus, jemaat yang mengikuti kegiatan futsal ini semakin rajin datang beribadah ke Gereja, karena keakraban yang terjalin dari kegiatan futsal tersebut menumbuhkan kesadaran para Pemuda Jemaat Jatipon untuk beribadah.
Achievement yang di capai futsal GPIB Jatipon adalah beberapa orang pemain dari futsal GPIB Jatipon terpilih untuk mewakili TIM FUTSAL SWAB di Jakarta dan berhasil masuk ke Semifinal Kejuaraan SWAB antar Gereja se-Indonesia.

Published in: on Oktober 9, 2010 at 4:24 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Encopresis

Encopresis adalah pengeluaran feses dengan konsistensi normal atau mendekati normal dengan volunter atau involunter secara berulang di tempat yang tidak sesuai untuk defekasi menurut sosiokultural individu itu sendiri. Gangguan ini terjadi bila anak dengan tak terkendali mengeluarkan feces (tinja) pada tempat-tempat yang tidak tepat, misal pakaian atau lantai. Untuk dapat didiagnosis sebagai penderita encopresis, anak sekurang-kurangnya harus berumur empat tahunkarena terdapat tahapan toilet training. Untuk mendapat kepastian bahwa simtom encopresis bukan hanya suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan, maka buang air besar secara tidak tepat itu sekurang-kurangnya terjadi sekali sebulan selama jangka waktu enam bulan.

Encopresis primer diidentifikasi pada umur 4 tahun pada waktu anak belum mencapai kontinensia fekal. Faktor prediposisinya mungkin adalah toilet training yang tidak konsisten dan stress psikososial, seperti masuk sekolah atau kelahiran adik. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Inkontinensia sering terjadi sebagai akibat sekunder dan kontimpasi, inpaksi dan nyeri atau retensi fese yang selanjutnya akan mengalir. Penampilan dan kehadiran disekolah terpengaruh karena bau anak yang menusuk menjadi target cemoohan teman sekelas. Hal ini yang menyebabkan anak menarik diri dari pergaulannya.

Penatalaksanaan teurapeutik terdiri atas menentukan penyebab keadaan kotor dan menggunakan intervensi yang sesuia untuk memperbaiki masalah. Intervensi dapat melibatkan perubahan diet, pengurangan impaksi fekal, dan terapi perilaku.

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:19 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Enuresis

Enuresis adalah keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila terjadi ketika tidur malam hari disebut enuresis nocturnal. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.
Enuresis sendiri dikelompokkan menjadi enuresis primer, dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol tetapi bila anak pernah ‘kering’ sedikitnya 6 bulan dan mendadak ngompol lagi maka dikelompokkan pada enuresis sekunder. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anakkya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
Apakah harus selalu keturunan?
Enuresis primer disebabkan :
•Faktor genetik
•Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat. Normalnya bila kandung kemih sudah penuh maka dikirim
pesan ke otak untuk mengeluarkan kencing dan balasan dari otak ialah agar kandung kencing dapat menahan sampai si anak siap ke toilet tetapi pada keadaan keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat maka proses ini tidak terjadi sehingga anak tidak dapat menahan kencing dan ngompol.
•Gangguan tidur. Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak terbangun pada saat kandung
kencing sudah penuh.
•Hormon anti diuretik kurang. Hormon ini membuat produksi air kencing dimalam hari berkurang tapi bila hormon
kurang maka air kencing diproduksi terlalu banyak yang menyebabkan anak jadi ngompol.
•Kelainan anatomi, misalnya kandung kencing yang kecil.
Enuresis sekunder disebabkan :
•Stres kejiwaan: pelecehanseksual, mendapat adik baru, kematian dalam keluarga.
•Kondisi fisik terganggu: infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi.
Jadi ngompol itu tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan tetapi oleh banyak faktor lain.
Treatment
Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun yang tidak berhasil diatasi tanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantu ginjal untuk mengurangi produksi kencing. Pengobatan dengan obat-obatan tentulah memiliki efek samping.
•Obat-obat yang dipakai yaitu,dess mopressin merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi
produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular). Efek samping yang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat. Dessmopresin diberikan sebelum tidur.
Obat lain yang dapat yaituimip ramin yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti. Ada teori yang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.
•Cara mengatasi tanpa obat :
– terapi motivasi (motivational therapy)
dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
– alarm (behaviour modification)
diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangun dan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara ini dapat dikombinasikan dengan terapi motivasi. Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapa bulan. Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%
– latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
cara ini dilakukan pada anak yang memiliki kandung kencing yang kecil
-terapi kejiwaan(p h ys ioth erap y), terapi diet,
terapi hipnotis(h ypn oth erapy) belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein. Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya. Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosialdan psikologis yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:16 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Berikut ini beberapa diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan eliminasi:

1. Bowel incontinence (p. 22) atau inkontinensia alvi/faeces. Perubahan pola kebiasaan defekasi. Bisa diakibatkan oleh diare kronis, pola makan, immobilisasi, stres, pengobatan, kurang kebersihan pada saat toileting, dll. Bedakan dengan diagnosis “Diare”. Pada diagnosis ini, faeces biasa, hanya polanya saja yang berubah. Misalnya rutin sehari sekali, karena faktor-faktor yang berhubungan, menjadi dua atau tiga hari sekali.
2. Diarrhea (p. 71) atau diare. Data utamanya adalah faeces tidak berbentuk sampai dengan cair. Indokator utamanya adalah buang air besar (cair) minimal tiga kali dalam satu hari. Hasil auskultasi abdomen, kram perut dan nyeri perut merupakan tanda-gejala yang lainnya. Faktor yang berhubungan dibagi menjadi tiga kelompok; fisiologis, psikologis dan situasional. Misalnya karena kecemasan, tingkat stres tinggi, proses peradangan, iritasi, malabsorpsi, keracunan, perjalanan jauh, konsumsi alkohol dan pengaruh radiasi.

3. Impaired urinary elimination (p. 234) atau gangguan eliminasi urin. Karakteristiknya: disuria, frekuensi buang air kecil meningkat, hesitansi, inkontinensia, nokturia. Di NANDA memang agak sedikit rancu. Salah satu karakteristik yang disebutkan untuk diagnosis ini adalah “retention”. Padahal sudah ada diagnosis “Retensi urine”. Sehingga disarankan kalau pasien memang mengalami retensi urin, langsung diangkat saja menjadi diagnosis “Retensi urin”. Untuk mengangkat diagnosis keperawatan “Gangguan eliminasi urin”, perlu dijelaskan gangguan yang mana. Jika pasien mengeluh sering terbangun untuk kencing di malam hari, maka bisa diambil “Gangguan eliminasi urin: nokturia”. Jika pasien beser (buang air kecil tidak terkontrol dan terus menerus), bisa diangkat menjadi “Gangguan eliminasi urin: inkontinensia”. Dan seterusnya, sesuai data yang diperoleh dari pengkajian.
4. Readiness for enhanced urinary elimination (p. 235) atau potensial peningkatan eliminasi urine (diagnosis sejahtera).
5. Urinary retention (p. 236) atau retensi urin. Tidak dapat mengosongkan urin secara lampias. Karakteristiknya: palpasi blader terasa tegang, sakit saat buang air kecil, sampai dengan tidak keluarnya urin sama sekali. Faktor yang berhubungan: kekuatan spincter, tekanan tinggi pada uretral dan adanya hambatan (harus dibuktikan dengan adanya hasil pemeriksaan).
6. Constipation (p. 44) atau konstipasi
7. Perceived constipation (p. 46) atau perkiraan konstipasi (klien mendiagnosis dirinya sendiri menderita konstipasi, biasanya faktor yang berhubungan adalah kepercayaan budaya, kepercayaan keluarga, pemahaman yang salah atau gangguan proses pikir)
8. Risk for constipation (p. 47) atau resiko konstipasi.

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:10 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gangguan eliminasi

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:08 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Kriteria kompulsi

* Perilaku berulang atau aksi mental shg individu merasa terdorong utk melakukan respon thd obsesi
* Ditujukan pada pencegahan atau penurunan distres atau pencegahan beberapa peristiwa atau situasi yg berurutan

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:49 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Kriteria obsesif

* Pikiran, impuls, atau bayangan berulang dan menetap dialami pada suatu waktu
* Tidak sekedar khawatir yg berlebihan
* Mengabaikan atau menekan pikiran-2
* Individu mengenali bahwa pikiran obsesi, impuls, atau bayangan mrpk hasil dari pikirannya sendiri

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:45 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Kriteria serangan panik

* Palpitasi
* Berkeringat
* Gemetar atau goyah
* Sesak napas
* Merasa tersedak
* Nyeri dada
* Mual dan distress abdomen
* Pening
* Derealisasi atau depersonalisasi
* Ketakutan kehilangan kendali diri
* Ketakutan mati
* parestesia

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:43 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

RESPON CEMAS DAN GANGGUAN KECEMASAN

Definisi
Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang
Cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan
Cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya

Tingkatan cemas (ansietas) menurut Peplau (1963)
Ansietas ringan b.d ketegangan dlm kehidupan sehari-hari, dpt memotivasi belajar/kreatifitas
Ansietas sedang : memusatkan pada hal yg penting & mengesampingkan yg lain
Ansietas berat : lapang persepsi mulai menyempit
Panik : b.d terperangah, ketakutan & teror

Rentang respon ansietas
Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi ringan sedang berat panik

Faktor predisposisi
Psikoanalitik (Freud, 1969)
konflik emosional yg terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego
Interpersonal (Sullivan, 1953)
Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan & penolakan interpersonal
Perilaku
Produk frustasi yg dpt mengganggu kemampuan sso utk mencapai tujuan yg diinginkan
Kajian keluarga
Hal yg biasa ditemui dalam suatu keluarga
Kajian biologis
Otak mengandung reseptor khusus utk benzodiazepin. Reseptor ini membantu mengatur ansietas.

Stressor pencetus
Ancaman terhadap
Integritas sso
ketidakmampuan fisiologis yg akan datang atau menurunnya kapasitas utk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
Sistem diri sso
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial

Respon fisiologis terhadap ansietas
Sistem tubuh
Kardiovaskuler
palpitasi, jantung berdebar, TD , rasa mau pingsan, TD , nadi
Pernapasan
napas cepat, napas pendek, tekanan pd dada, napas dangkal, tercekik, terengah-engah
Traktus urinarius
tidak dapat menahan kencing, sering berkemih,
Neuromuskular
refleks , reaksi kejutan, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum
Gastrointestinal
nafsu makan <, mual, diare Kulit
wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas & dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh

Respon perilaku, kognitif & afektif
Sistem
Perilaku
gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, MD, lari dr masalah
Afektif
mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, takut, gugup, gelisah
Kognitif
perhatian terganggu, pelupa, salah dlm memberikan penilaian, hambatan berpikir, lapang persepsi , kreativitas bingung, sgt waspada, takut kehilangan kontrol, takut pd gambaran visual, takut cidera atau kematian

Sumber koping
Antonovsky (1980)
seseorang tetap sehat dan memiliki koping yang adekuat terhadap stress karena mereka memiliki generelized resistance resources (GRRs)

* Physical and biochemical
* Artifactual and material
* Cognitif
* Emotional
* Valuative and attitudinal
* Interpersonal-relational
* Macrosociocultural

Mekanisme koping
Ansietas tingkat ringan biasanya ditanggulangi tanpa pemikiran yg serius
Ansietas tingkat sedang dan berat ada dua jenis koping yaitu :
– reaksi yg berorientasi pada tugas
* perilaku menyerang
* menarik diri
* kompromi

Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme koping
represi
lebih cenderung memperkuat mekanisme egonya
supresi
Menekan hal atau pikiran yg tidak menyenangkan. Bisa mengarah ke represi
disosiasi
pemisahan dari setiap kelompok mental dari seluruh kesadaran atau identitas
identifikasi
proses utk mencoba menjadi orang yg dikagumi
introyeksi
menyatukan nilai & opini org lain ke ego-nya sendiri
proyeksi
mengkaitkan pikiran atau impuls dirinya kepada org lain
mengingkari
menghindari realitas ketidaksetujuan dgn mengabaikan aatu menolak utk mengenalinya
fantasi
simbol kepuasan thd pikiran yg tdk rasional
Rasionalisasi
memberikan penjelasan yg rasional
Reaksi formasi
pembentukan sikap & perilaku berlawanan dgn yg dirasakan
Mengalihkan
mengalihkan emosi yg seharusnya diarahkan pd org atau benda ttt ke benda yg tdk membahayakan
Intelektualisasi
alasan atau logika yg berlebihan
Spliting
memandang org sbg “semuanya buruk atau semuanya baik”
sublimasi
penerimaan tujuan pengganti yg diterima secara sosial
undoing
meniadakan yg sudah terjadi

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:42 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Hipnoterapi Menghilangkan Kecemasan

Kecemasan atau Anxiety Disorder adalah kebiasaan yang ditandai oleh sebuah perilaku kecemasan yang sering timbul dan menetap pada banyak aktifitas atau kejadian yang tidak dicemaskan orang lain pada umumnya.
Anxiety disorder merupakan suatu keadaan pikiran dan perasaan yang ditandai adanya rasa cemas yang berlebihan. Contoh seorang pelajar sering cemas seputar test, yang selalu cemas akan gagal meskipun dalam latihan dia mendapat nilai yang baik, seorang yang takut jatuh miskin meskipun bisnisnya lancar dan tabungannya banyak dan sebagainya.
Seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa cemasnya. Situasi kehidupan yang penuh stress, berada di lingkungan stress, bisa menyumbang kecemasan. Gangguan ini bisa dimulai kapan saja dalam kehidupan, termasuk saat masih kecil. Banyak orang melaporkan bahwa mereka mengalaminya sudah lama sejauh yang dapat mereka ingat. kecemasan terjadi lebih sering pada wanita daripada pria.
Gejala Anxiety Disorder antara lain: Kegelisahan, Mudah merasa lelah, Sulit berkonsentrasi, Mudah marah, Ketegangan pada otot, gemetar, sakit kepala, Kesulitan tidur, Keringat yang berlebihan, dan sesak nafas.
Orang yang mengalami kecemasan bisa berkembang menjadi panic disorder, depresi, atau menjadi Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Akan menjadi masalah yang lebih parah apabila seseorang penderita kecemasan mencoba mengatasinya dengan narkoba atau alkohol untuk menghilangkan kecemasan.
Kami menggunakan EFT, NLP dan juga hipnoterapi untuk menyembuhkan kecemasan. Tidak ada teknik terapi yang sempurna dan cocok untuk semua orang. Dengan menggabungkan kedua teknik yang modern ini, kesembuhan bisa dicapai dengan sangat cepat dan efektif untuk hampir semua pasien.

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:29 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

JENIS-JENIS GANGGUAN KECEMASAN

Ada enam bentuk gangguan kecemasan yang bisa muncul, dan masing-masing harus ditangani dengan terapi yang berbeda-be
Foto: Ilham

Generalized Anxiety Disorder
Ciri-ciri umumnya sih sebenernya sama kayak cemas biasa. Yang bikin beda adalah, penderita generalized anxiety disorder cemasnya terus menerus. Hampir sepanjang hari dia habiskan untuk mencemaskan hal-hal yang sebenarnya nggak perlu. Akibatnya, dia jadi nggak bisa menjalankan hidup dengan normal. Boro-boro mau mikirin pelajaran, tiap saat otaknya selalu dipenuhi pikiran-pikiran buruk yang bikin dia selalu khawatir.

Social Anxiety Disorder
Disebut juga social phobia, orang yang mengidap gangguan ini bakal ngerasa takut banget kalo harus berinteraksi dengan orang lain. Dia takut dicap buruk oleh orang lain dan dipermalukan di depan umum. So, dia lebih memilih menghindar dari lingkungannya.

Post-traumatic Stress Disorder
Ini adalah gangguan kecemasan yang muncul gara-gara seseorang baru mengalami sebuah peristiwa yang traumatis.

Panic Disorder
Lagi nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba aja lo kena “serangan”. Dada berdegup kencang, kepala pusing, mata berkunang-kunang, nafas jadi sesak, dan merasa seperti mau mati atau mau gila. Itu namanya panic attack. Kalo serangan ini terjadi berulang-ulang, namanya panic disorder.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Penderita OCD biasanya ngerasa harus melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas, dan nggak bisa dikontrol. Misalnya, belasan kali mengecek apakah lampu kamar udah dimatikan atau belum. Atau mencuci tangan berkali-kali, dan merapikan semua buku di rak supaya sejajar.

Phobia
Rasa takut yang berlebihan terhadap hal-hal yang nggak perlu ditakuti. (*)

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:26 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

GANGGUAN PENDENGARAN.

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara.

Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.

KELAINAN ORGAN BICARA.

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.

Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.

Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

RETARDASI MENTAL

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

GENETIK HERIDITER

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.

KELAINAN KROMOSOM

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX

KELAINAN SENTRAL (OTAK)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

·AUTISME

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

MUTISM SELEKTIF

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU LAINNYA

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya

ALERGI MAKANAN

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.

DEPRIVASI LINGKUNGAN

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :

LINGKUNGAN YANG SEPI

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

STATUS EKONOMI SOSIAL

Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.

TEHNIK PENGAJARAN YANG SALAH

Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.

SIKAP ORANG TUA ATAU ORANG LAIN DI LINGKUNGAN RUMAH YANG TIDAK MENYENANGKAN

Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.

HARAPAN ORANG TUA YANG BERLEBIHAN TERHADAP ANAK

Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya.

ANAK KEMBAR

Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus.

BILINGUAL ( 2 bahasa)

Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik.

Smith meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.

KETERLAMBATAN FUNGSIONAL

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.

Penyebab gagap

Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi “kebiasaan” sampai dewasa.

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:15 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Jenis-jenis gagap menurut fasenya.

* Gagap Perkembangan – Terjadi biasanya pada usia 2-4 tahun. Kondisi ini tergolong wajar, karena merupakan rangkaian proses perkembangan bicara sang anak. Hal ini bisa saja terjadi karena ketidaksinkronan emosi anak dengan pengaturan alat bicara saat berbicara. Gagap perkembangan biasanya akan sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak

*Gagap Sementara – Anak berusia sekitar 5-8 tahun juga dapat mengalami gagap ini, karena faktor psikologis dari lingkungan, misal kecemasan, kepanikan, ketakutan. Jenis gagap ini akan lenyap sendiri meskipun tanpa terapi tertentu. Sebagai orang tua, kita hanya perlu bersabar dan jangan memarahi anak ketika menunjukkan gejala gagap.

*Gagap Menetap – Problem gagap ini biasanya dari usia 8 tahun sampai dewasa, bahkan sampai usia lanjut. Bila Sementara ini tidak disembuhkan tuntas, biasanya akan berlanjut sampai dewasa/tua. Penyebab masalahnya biasanya disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya stress, kecemasan berlebihan, takut salah bicara, merasa rendah diri, merasa suaranya kurang enak didengar, merasa tidak percaya diri, dll

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:08 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gejala:

* Kegagalan untuk menghasilkan dan gunakan suara tepat

* Mengganti satu suara untuk lain

* Menghilangkan suara

Published in: on Juni 4, 2010 at 9:53 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Fonologi

adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik bunyi bahasa yang memperdulikan arti (fonetik) maupun tidak (fonemik). Setiap penutur mempunyai kesadaran fonologis terhadap bunyi – bunyi dalam bahasanya. Penutur Bahasa Indonesia melafalkan secara tidak sama bunyi [r] dalam kata krupuk dan gratis. [r] pada kata pertama tak bersuara sedangkan pada kata kedua bersuara. Demikian pula halnya dengan dua macam [l] dalam kata bahasa inggris staple dan table ; atau dalam kata bahasa perancis peuple ‘rakyat’ dan lutte ‘perjuangan’. Meskipun demikian, para penutur ketiga bahasa tersebut menyadari bahwa kedua macam bunyi itu mewakili realitas yang sama dan fungsi yang sama pula. Hal ini disebut intuisi fonologis.
Intuisi fonologis sudah teridentifikasi sejak dahulu. Robins dalam Suryo Baskoro menggambarkan bahwa pada sebuah teks bahasa islandia abad keduabelas, V panjang dibedakan dengan yang pendek, demikian pula dibedakan antara K panjang dengan K pendek. Kasus ini menunjukan adanya masalah pada penyesuaian sistem ortografi ke dalam sistem fonologi. Keterhubungan antara realitas fonologis dan simbol grafis antara fonem dan grafem membuat ortografi diperlukan dalam penerapan analisis fonologi.

Published in: on Juni 4, 2010 at 9:49 pm  Tinggalkan sebuah Komentar