Encopresis

Encopresis adalah pengeluaran feses dengan konsistensi normal atau mendekati normal dengan volunter atau involunter secara berulang di tempat yang tidak sesuai untuk defekasi menurut sosiokultural individu itu sendiri. Gangguan ini terjadi bila anak dengan tak terkendali mengeluarkan feces (tinja) pada tempat-tempat yang tidak tepat, misal pakaian atau lantai. Untuk dapat didiagnosis sebagai penderita encopresis, anak sekurang-kurangnya harus berumur empat tahunkarena terdapat tahapan toilet training. Untuk mendapat kepastian bahwa simtom encopresis bukan hanya suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan, maka buang air besar secara tidak tepat itu sekurang-kurangnya terjadi sekali sebulan selama jangka waktu enam bulan.

Encopresis primer diidentifikasi pada umur 4 tahun pada waktu anak belum mencapai kontinensia fekal. Faktor prediposisinya mungkin adalah toilet training yang tidak konsisten dan stress psikososial, seperti masuk sekolah atau kelahiran adik. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Inkontinensia sering terjadi sebagai akibat sekunder dan kontimpasi, inpaksi dan nyeri atau retensi fese yang selanjutnya akan mengalir. Penampilan dan kehadiran disekolah terpengaruh karena bau anak yang menusuk menjadi target cemoohan teman sekelas. Hal ini yang menyebabkan anak menarik diri dari pergaulannya.

Penatalaksanaan teurapeutik terdiri atas menentukan penyebab keadaan kotor dan menggunakan intervensi yang sesuia untuk memperbaiki masalah. Intervensi dapat melibatkan perubahan diet, pengurangan impaksi fekal, dan terapi perilaku.

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:19 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Enuresis

Enuresis adalah keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila terjadi ketika tidur malam hari disebut enuresis nocturnal. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.
Enuresis sendiri dikelompokkan menjadi enuresis primer, dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol tetapi bila anak pernah ‘kering’ sedikitnya 6 bulan dan mendadak ngompol lagi maka dikelompokkan pada enuresis sekunder. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anakkya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
Apakah harus selalu keturunan?
Enuresis primer disebabkan :
•Faktor genetik
•Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat. Normalnya bila kandung kemih sudah penuh maka dikirim
pesan ke otak untuk mengeluarkan kencing dan balasan dari otak ialah agar kandung kencing dapat menahan sampai si anak siap ke toilet tetapi pada keadaan keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat maka proses ini tidak terjadi sehingga anak tidak dapat menahan kencing dan ngompol.
•Gangguan tidur. Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak terbangun pada saat kandung
kencing sudah penuh.
•Hormon anti diuretik kurang. Hormon ini membuat produksi air kencing dimalam hari berkurang tapi bila hormon
kurang maka air kencing diproduksi terlalu banyak yang menyebabkan anak jadi ngompol.
•Kelainan anatomi, misalnya kandung kencing yang kecil.
Enuresis sekunder disebabkan :
•Stres kejiwaan: pelecehanseksual, mendapat adik baru, kematian dalam keluarga.
•Kondisi fisik terganggu: infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi.
Jadi ngompol itu tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan tetapi oleh banyak faktor lain.
Treatment
Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun yang tidak berhasil diatasi tanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantu ginjal untuk mengurangi produksi kencing. Pengobatan dengan obat-obatan tentulah memiliki efek samping.
•Obat-obat yang dipakai yaitu,dess mopressin merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi
produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular). Efek samping yang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat. Dessmopresin diberikan sebelum tidur.
Obat lain yang dapat yaituimip ramin yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti. Ada teori yang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.
•Cara mengatasi tanpa obat :
– terapi motivasi (motivational therapy)
dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
– alarm (behaviour modification)
diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangun dan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara ini dapat dikombinasikan dengan terapi motivasi. Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapa bulan. Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%
– latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
cara ini dilakukan pada anak yang memiliki kandung kencing yang kecil
-terapi kejiwaan(p h ys ioth erap y), terapi diet,
terapi hipnotis(h ypn oth erapy) belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein. Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya. Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosialdan psikologis yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:16 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Berikut ini beberapa diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan eliminasi:

1. Bowel incontinence (p. 22) atau inkontinensia alvi/faeces. Perubahan pola kebiasaan defekasi. Bisa diakibatkan oleh diare kronis, pola makan, immobilisasi, stres, pengobatan, kurang kebersihan pada saat toileting, dll. Bedakan dengan diagnosis “Diare”. Pada diagnosis ini, faeces biasa, hanya polanya saja yang berubah. Misalnya rutin sehari sekali, karena faktor-faktor yang berhubungan, menjadi dua atau tiga hari sekali.
2. Diarrhea (p. 71) atau diare. Data utamanya adalah faeces tidak berbentuk sampai dengan cair. Indokator utamanya adalah buang air besar (cair) minimal tiga kali dalam satu hari. Hasil auskultasi abdomen, kram perut dan nyeri perut merupakan tanda-gejala yang lainnya. Faktor yang berhubungan dibagi menjadi tiga kelompok; fisiologis, psikologis dan situasional. Misalnya karena kecemasan, tingkat stres tinggi, proses peradangan, iritasi, malabsorpsi, keracunan, perjalanan jauh, konsumsi alkohol dan pengaruh radiasi.

3. Impaired urinary elimination (p. 234) atau gangguan eliminasi urin. Karakteristiknya: disuria, frekuensi buang air kecil meningkat, hesitansi, inkontinensia, nokturia. Di NANDA memang agak sedikit rancu. Salah satu karakteristik yang disebutkan untuk diagnosis ini adalah “retention”. Padahal sudah ada diagnosis “Retensi urine”. Sehingga disarankan kalau pasien memang mengalami retensi urin, langsung diangkat saja menjadi diagnosis “Retensi urin”. Untuk mengangkat diagnosis keperawatan “Gangguan eliminasi urin”, perlu dijelaskan gangguan yang mana. Jika pasien mengeluh sering terbangun untuk kencing di malam hari, maka bisa diambil “Gangguan eliminasi urin: nokturia”. Jika pasien beser (buang air kecil tidak terkontrol dan terus menerus), bisa diangkat menjadi “Gangguan eliminasi urin: inkontinensia”. Dan seterusnya, sesuai data yang diperoleh dari pengkajian.
4. Readiness for enhanced urinary elimination (p. 235) atau potensial peningkatan eliminasi urine (diagnosis sejahtera).
5. Urinary retention (p. 236) atau retensi urin. Tidak dapat mengosongkan urin secara lampias. Karakteristiknya: palpasi blader terasa tegang, sakit saat buang air kecil, sampai dengan tidak keluarnya urin sama sekali. Faktor yang berhubungan: kekuatan spincter, tekanan tinggi pada uretral dan adanya hambatan (harus dibuktikan dengan adanya hasil pemeriksaan).
6. Constipation (p. 44) atau konstipasi
7. Perceived constipation (p. 46) atau perkiraan konstipasi (klien mendiagnosis dirinya sendiri menderita konstipasi, biasanya faktor yang berhubungan adalah kepercayaan budaya, kepercayaan keluarga, pemahaman yang salah atau gangguan proses pikir)
8. Risk for constipation (p. 47) atau resiko konstipasi.

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:10 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gangguan eliminasi

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis

Published in: on Juni 6, 2010 at 2:08 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Kriteria kompulsi

* Perilaku berulang atau aksi mental shg individu merasa terdorong utk melakukan respon thd obsesi
* Ditujukan pada pencegahan atau penurunan distres atau pencegahan beberapa peristiwa atau situasi yg berurutan

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:49 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Kriteria obsesif

* Pikiran, impuls, atau bayangan berulang dan menetap dialami pada suatu waktu
* Tidak sekedar khawatir yg berlebihan
* Mengabaikan atau menekan pikiran-2
* Individu mengenali bahwa pikiran obsesi, impuls, atau bayangan mrpk hasil dari pikirannya sendiri

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:45 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Kriteria serangan panik

* Palpitasi
* Berkeringat
* Gemetar atau goyah
* Sesak napas
* Merasa tersedak
* Nyeri dada
* Mual dan distress abdomen
* Pening
* Derealisasi atau depersonalisasi
* Ketakutan kehilangan kendali diri
* Ketakutan mati
* parestesia

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:43 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

RESPON CEMAS DAN GANGGUAN KECEMASAN

Definisi
Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang
Cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan
Cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya

Tingkatan cemas (ansietas) menurut Peplau (1963)
Ansietas ringan b.d ketegangan dlm kehidupan sehari-hari, dpt memotivasi belajar/kreatifitas
Ansietas sedang : memusatkan pada hal yg penting & mengesampingkan yg lain
Ansietas berat : lapang persepsi mulai menyempit
Panik : b.d terperangah, ketakutan & teror

Rentang respon ansietas
Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi ringan sedang berat panik

Faktor predisposisi
Psikoanalitik (Freud, 1969)
konflik emosional yg terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego
Interpersonal (Sullivan, 1953)
Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan & penolakan interpersonal
Perilaku
Produk frustasi yg dpt mengganggu kemampuan sso utk mencapai tujuan yg diinginkan
Kajian keluarga
Hal yg biasa ditemui dalam suatu keluarga
Kajian biologis
Otak mengandung reseptor khusus utk benzodiazepin. Reseptor ini membantu mengatur ansietas.

Stressor pencetus
Ancaman terhadap
Integritas sso
ketidakmampuan fisiologis yg akan datang atau menurunnya kapasitas utk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
Sistem diri sso
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial

Respon fisiologis terhadap ansietas
Sistem tubuh
Kardiovaskuler
palpitasi, jantung berdebar, TD , rasa mau pingsan, TD , nadi
Pernapasan
napas cepat, napas pendek, tekanan pd dada, napas dangkal, tercekik, terengah-engah
Traktus urinarius
tidak dapat menahan kencing, sering berkemih,
Neuromuskular
refleks , reaksi kejutan, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum
Gastrointestinal
nafsu makan <, mual, diare Kulit
wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas & dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh

Respon perilaku, kognitif & afektif
Sistem
Perilaku
gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, MD, lari dr masalah
Afektif
mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, takut, gugup, gelisah
Kognitif
perhatian terganggu, pelupa, salah dlm memberikan penilaian, hambatan berpikir, lapang persepsi , kreativitas bingung, sgt waspada, takut kehilangan kontrol, takut pd gambaran visual, takut cidera atau kematian

Sumber koping
Antonovsky (1980)
seseorang tetap sehat dan memiliki koping yang adekuat terhadap stress karena mereka memiliki generelized resistance resources (GRRs)

* Physical and biochemical
* Artifactual and material
* Cognitif
* Emotional
* Valuative and attitudinal
* Interpersonal-relational
* Macrosociocultural

Mekanisme koping
Ansietas tingkat ringan biasanya ditanggulangi tanpa pemikiran yg serius
Ansietas tingkat sedang dan berat ada dua jenis koping yaitu :
– reaksi yg berorientasi pada tugas
* perilaku menyerang
* menarik diri
* kompromi

Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme koping
represi
lebih cenderung memperkuat mekanisme egonya
supresi
Menekan hal atau pikiran yg tidak menyenangkan. Bisa mengarah ke represi
disosiasi
pemisahan dari setiap kelompok mental dari seluruh kesadaran atau identitas
identifikasi
proses utk mencoba menjadi orang yg dikagumi
introyeksi
menyatukan nilai & opini org lain ke ego-nya sendiri
proyeksi
mengkaitkan pikiran atau impuls dirinya kepada org lain
mengingkari
menghindari realitas ketidaksetujuan dgn mengabaikan aatu menolak utk mengenalinya
fantasi
simbol kepuasan thd pikiran yg tdk rasional
Rasionalisasi
memberikan penjelasan yg rasional
Reaksi formasi
pembentukan sikap & perilaku berlawanan dgn yg dirasakan
Mengalihkan
mengalihkan emosi yg seharusnya diarahkan pd org atau benda ttt ke benda yg tdk membahayakan
Intelektualisasi
alasan atau logika yg berlebihan
Spliting
memandang org sbg “semuanya buruk atau semuanya baik”
sublimasi
penerimaan tujuan pengganti yg diterima secara sosial
undoing
meniadakan yg sudah terjadi

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:42 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Hipnoterapi Menghilangkan Kecemasan

Kecemasan atau Anxiety Disorder adalah kebiasaan yang ditandai oleh sebuah perilaku kecemasan yang sering timbul dan menetap pada banyak aktifitas atau kejadian yang tidak dicemaskan orang lain pada umumnya.
Anxiety disorder merupakan suatu keadaan pikiran dan perasaan yang ditandai adanya rasa cemas yang berlebihan. Contoh seorang pelajar sering cemas seputar test, yang selalu cemas akan gagal meskipun dalam latihan dia mendapat nilai yang baik, seorang yang takut jatuh miskin meskipun bisnisnya lancar dan tabungannya banyak dan sebagainya.
Seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa cemasnya. Situasi kehidupan yang penuh stress, berada di lingkungan stress, bisa menyumbang kecemasan. Gangguan ini bisa dimulai kapan saja dalam kehidupan, termasuk saat masih kecil. Banyak orang melaporkan bahwa mereka mengalaminya sudah lama sejauh yang dapat mereka ingat. kecemasan terjadi lebih sering pada wanita daripada pria.
Gejala Anxiety Disorder antara lain: Kegelisahan, Mudah merasa lelah, Sulit berkonsentrasi, Mudah marah, Ketegangan pada otot, gemetar, sakit kepala, Kesulitan tidur, Keringat yang berlebihan, dan sesak nafas.
Orang yang mengalami kecemasan bisa berkembang menjadi panic disorder, depresi, atau menjadi Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Akan menjadi masalah yang lebih parah apabila seseorang penderita kecemasan mencoba mengatasinya dengan narkoba atau alkohol untuk menghilangkan kecemasan.
Kami menggunakan EFT, NLP dan juga hipnoterapi untuk menyembuhkan kecemasan. Tidak ada teknik terapi yang sempurna dan cocok untuk semua orang. Dengan menggabungkan kedua teknik yang modern ini, kesembuhan bisa dicapai dengan sangat cepat dan efektif untuk hampir semua pasien.

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:29 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

JENIS-JENIS GANGGUAN KECEMASAN

Ada enam bentuk gangguan kecemasan yang bisa muncul, dan masing-masing harus ditangani dengan terapi yang berbeda-be
Foto: Ilham

Generalized Anxiety Disorder
Ciri-ciri umumnya sih sebenernya sama kayak cemas biasa. Yang bikin beda adalah, penderita generalized anxiety disorder cemasnya terus menerus. Hampir sepanjang hari dia habiskan untuk mencemaskan hal-hal yang sebenarnya nggak perlu. Akibatnya, dia jadi nggak bisa menjalankan hidup dengan normal. Boro-boro mau mikirin pelajaran, tiap saat otaknya selalu dipenuhi pikiran-pikiran buruk yang bikin dia selalu khawatir.

Social Anxiety Disorder
Disebut juga social phobia, orang yang mengidap gangguan ini bakal ngerasa takut banget kalo harus berinteraksi dengan orang lain. Dia takut dicap buruk oleh orang lain dan dipermalukan di depan umum. So, dia lebih memilih menghindar dari lingkungannya.

Post-traumatic Stress Disorder
Ini adalah gangguan kecemasan yang muncul gara-gara seseorang baru mengalami sebuah peristiwa yang traumatis.

Panic Disorder
Lagi nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba aja lo kena “serangan”. Dada berdegup kencang, kepala pusing, mata berkunang-kunang, nafas jadi sesak, dan merasa seperti mau mati atau mau gila. Itu namanya panic attack. Kalo serangan ini terjadi berulang-ulang, namanya panic disorder.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Penderita OCD biasanya ngerasa harus melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas, dan nggak bisa dikontrol. Misalnya, belasan kali mengecek apakah lampu kamar udah dimatikan atau belum. Atau mencuci tangan berkali-kali, dan merapikan semua buku di rak supaya sejajar.

Phobia
Rasa takut yang berlebihan terhadap hal-hal yang nggak perlu ditakuti. (*)

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:26 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

GANGGUAN PENDENGARAN.

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara.

Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.

KELAINAN ORGAN BICARA.

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.

Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.

Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

RETARDASI MENTAL

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

GENETIK HERIDITER

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.

KELAINAN KROMOSOM

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX

KELAINAN SENTRAL (OTAK)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

·AUTISME

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

MUTISM SELEKTIF

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU LAINNYA

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya

ALERGI MAKANAN

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.

DEPRIVASI LINGKUNGAN

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :

LINGKUNGAN YANG SEPI

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

STATUS EKONOMI SOSIAL

Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.

TEHNIK PENGAJARAN YANG SALAH

Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.

SIKAP ORANG TUA ATAU ORANG LAIN DI LINGKUNGAN RUMAH YANG TIDAK MENYENANGKAN

Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.

HARAPAN ORANG TUA YANG BERLEBIHAN TERHADAP ANAK

Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya.

ANAK KEMBAR

Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus.

BILINGUAL ( 2 bahasa)

Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik.

Smith meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.

KETERLAMBATAN FUNGSIONAL

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.

Penyebab gagap

Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi “kebiasaan” sampai dewasa.

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:15 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Jenis-jenis gagap menurut fasenya.

* Gagap Perkembangan – Terjadi biasanya pada usia 2-4 tahun. Kondisi ini tergolong wajar, karena merupakan rangkaian proses perkembangan bicara sang anak. Hal ini bisa saja terjadi karena ketidaksinkronan emosi anak dengan pengaturan alat bicara saat berbicara. Gagap perkembangan biasanya akan sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak

*Gagap Sementara – Anak berusia sekitar 5-8 tahun juga dapat mengalami gagap ini, karena faktor psikologis dari lingkungan, misal kecemasan, kepanikan, ketakutan. Jenis gagap ini akan lenyap sendiri meskipun tanpa terapi tertentu. Sebagai orang tua, kita hanya perlu bersabar dan jangan memarahi anak ketika menunjukkan gejala gagap.

*Gagap Menetap – Problem gagap ini biasanya dari usia 8 tahun sampai dewasa, bahkan sampai usia lanjut. Bila Sementara ini tidak disembuhkan tuntas, biasanya akan berlanjut sampai dewasa/tua. Penyebab masalahnya biasanya disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya stress, kecemasan berlebihan, takut salah bicara, merasa rendah diri, merasa suaranya kurang enak didengar, merasa tidak percaya diri, dll

Published in: on Juni 4, 2010 at 10:08 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gejala:

* Kegagalan untuk menghasilkan dan gunakan suara tepat

* Mengganti satu suara untuk lain

* Menghilangkan suara

Published in: on Juni 4, 2010 at 9:53 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Fonologi

adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik bunyi bahasa yang memperdulikan arti (fonetik) maupun tidak (fonemik). Setiap penutur mempunyai kesadaran fonologis terhadap bunyi – bunyi dalam bahasanya. Penutur Bahasa Indonesia melafalkan secara tidak sama bunyi [r] dalam kata krupuk dan gratis. [r] pada kata pertama tak bersuara sedangkan pada kata kedua bersuara. Demikian pula halnya dengan dua macam [l] dalam kata bahasa inggris staple dan table ; atau dalam kata bahasa perancis peuple ‘rakyat’ dan lutte ‘perjuangan’. Meskipun demikian, para penutur ketiga bahasa tersebut menyadari bahwa kedua macam bunyi itu mewakili realitas yang sama dan fungsi yang sama pula. Hal ini disebut intuisi fonologis.
Intuisi fonologis sudah teridentifikasi sejak dahulu. Robins dalam Suryo Baskoro menggambarkan bahwa pada sebuah teks bahasa islandia abad keduabelas, V panjang dibedakan dengan yang pendek, demikian pula dibedakan antara K panjang dengan K pendek. Kasus ini menunjukan adanya masalah pada penyesuaian sistem ortografi ke dalam sistem fonologi. Keterhubungan antara realitas fonologis dan simbol grafis antara fonem dan grafem membuat ortografi diperlukan dalam penerapan analisis fonologi.

Published in: on Juni 4, 2010 at 9:49 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gagap

Gagap merupakan gangguan bicara, dengan indikasi tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat. Kelainan ini dapat berupa kehilangan ide untuk mengeluarkan kata-kata, pengulangan beberapa suku kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu, sampai dengan ketidakmampuan mengeluarkan kata-kata sama sekali.

Gagap biasanya berhubungan dengan masalah kepercayaan diri dan mudah gugup. Apabila seorang penderita gagap berhadapan dengan situasi atau seseorang yang membuatnya gugup, maka reaksi pada tubuh yang sering terjadi adalah ketegangan yang terlihat saat berbicara yang dibarengi oleh gerakan-gerakan wajah, gerakan kaki, tangan, dan sebagainya.

Published in: on Juni 4, 2010 at 9:46 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Afasia

yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata­kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata­kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang)

Published in: on Juni 4, 2010 at 9:45 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gangguan perkembangan artikulasi

meliputi kegagalan mengucapkansatu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara.18

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:24 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Keterlambatan bicara dan bahasa

dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.

Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara dan makan.18

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:22 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah

* artikulasi,
* masalah suara,
* masalah kelancaran berbicara (gagap),
* afasia (kesulitan dalam menggunakan kata­kata, biasanya akibat cedera otak)
* keterlambatan dalam bicara atau bahasa.

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:20 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

GEJALANYA

• -KOSA KATA YANG TERBATAS
• -KESULITAN DALAM MEMILIH DAN MENGGANTI KATA2 YANG TEPAT
• -PENGGUNAAN SECARA BERLEBIHAN BEBERAPA KATA2
• -MEMENDEKKAN KATA2 YG SEHARUSNYA BERBUNYI PANJANG
• -KESALAHAN KALIMAT
• -KEHILANGAN AWALAN ATAU AKHIRAN
• -GAGAL DALAM MENGGUNAKAN ATURAN TATA BAHASA SEPERTI
KATA PENGHUBUNG, KATA GANTI DSB
• -KESULITAN MENGURUT KEJADIAN YANG TELAH LEWAT.
• -SERING DISERTAI KELAINAN BUNYI KATA YANG DIHASILKAN
• -PENGGUNAAN BAHASA NON VERBAL TIDAK TERGANGGU
• (SEBAGAI PEDOMAN PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL : USIA 2
TAHUN MENGUCAPKAN BEBERAPA KATA &
• USIA 3 TH MENGERTI BEBERAPA KATA YANG TERANGKUM DALAM
KALIMAT SEDERHANA.)

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:16 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

GANGGUAN BERBICARA EKSPRESIF

KEMAMPUAN ANAK DALAM MENGEKSPRESIKAN BAHASA DENGAN BERBICARA , DIBAWAH RATA2 ANAK DALAM USIA
MENTALNYA TETAPI PENGERTIAN BAHASA DALAM BATAS NORMAL BISA DISERTAI DENGAN GANGGUAN ARTIKULASI

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:13 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

GANGGUAN BERBAHASA RESEPTIF

• PENGERTIAN BAHASA NYA DIBAWAH
KEMAMPUAN RATA2 ANAK SESUAI UMUR
MENTALNYA
• TIDAK DIDAPATKAN ADANYA GANGGUAN
PERKEMBANGAN PERVASIF
• BIASANYA DISERTAI GANGGUAN
BERBAHASA EKSPRESIF
• GANGGUAN INI BIASANYA DISERTAI
DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL DAN
PERILAKU.
• ( PADA USIA 18 BULAN, MAMPU
MENGIDENTIFIKASI BEBERAPA OBYEK &
PADA USIA 2 TAHUN BISA MENGIKUTI
INSTRUKSI2 SEDERHANA)

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:10 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

gangguan komunikasi

adalah berbagai masalah dalam berbahasa, berbicara dan mendengar. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), aphasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), dan keterlambatan dalam bicara dan atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.

Published in: on Juni 4, 2010 at 8:01 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

GEJALA-Gejala gangguan matematika

Banyak anak-anak yang terdiagnosis diskalkulia memiliki riwayat kegagalan akademis yang pada akhirnya berkembang menjadi ketidakmampuan dalam belajar matematika atau merasa tidak mampu mempelajarinya. Adapun gejala-gejalanya antara lain:
 Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.
 Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung antara masa lampau dan masa depan).
 Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama,misalkan angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan menggunakan kalkulator.
 Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).
 Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
 Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.
 Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang (misalkan di kasir).
 Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
 Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan mengingat skor dalam pertandingan olahraga.

Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan perkembangan usia. Anak usia 4- 5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep hitungan Sementara anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang menggunakan simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-). Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep jumlah, maka kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung. Proses berhitung melibatkan pola pikir serta kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah. Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat bagus untuk digunakan, karena dalam matematika menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak. Jadi, supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga anak lebih mudah mengenal konsep matematika itu sendiri.

Published in: on Juni 4, 2010 at 4:53 pm  Tinggalkan sebuah Komentar